PEMILU 2019 - PEKANBARU. Posisi generasi milenial pada pemilu 2019 sangat diperhitungkan oleh peserta pemilu, data Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan bahwa jumlah pemilih milenial mencapai 80 juta jiwa dari 193 juta pemilih atau berkisar 40% yang tentu sangat berpengaruh.
Berbagai upaya dilakukan untuk meraih simpati dan suara kaum milenial ini, perlu strategi dan pendekatan yang sesuai dengan beberapa karakter milenial seperti kaya referensi, kolaboratif dan gadget freak.
Menyikapi hal tersebut, dr Irvan Herman caleg milenial dari Dapil Riau 1 yang juga wasekjen Partai Amanat Nasional berkolaborasi dengan rekan sesama wasekjen di DPP Partai Amanat Nasinal, Faldo Maldini membuat acara bersama milenial kota Pekanbaru bertajuk Manifesto Milenial (18/3).
“Kaum milenial Riau untuk berpartisipasi dalam Pemilu 2019 jangan abai dan membiarkan masyarakat Riau diwakili oleh orang yang tidak kompeten, tidak mudah untuk berkomunikasi dan tidak memahami karakter milenial,” dalam keterangannya, Senin (19/3).
Irvan juga nantinya akan melibatkan milenial dalam membangun sistem komunikasi berbasis IT antara anggota dewan dengan masyarakat yang diwakilinya.
Sementara Faldo Maldini, memberikan gambaran betapa berperannya milenial dalam menentukan arah kebijakan pemerintah melalui partai politik dan parlemen.
Atta warga Pekanbaru yang hadir dalam acara itu mengapresiasi upaya interaksi yang dilakukan dengan dialog-dialog yang cair, tidak sekedar orasi atau paparan semata.
“Dengan acara seperti ini, kami jadi tahu siapa caleg kami, berapa nomor teleponnya, apa akun medsosnya sehingga nantinya kami bisa berkomunikasi menyampaikan aspirasi dengan mudah, tidak seperti yang lalu, jangankan menelepon atau berjumpa, nama anggota dewan yang mewakili kami pun tak tau” tambah Atta.
Dr Sri Nuryanti, MA (Ahli Kepartaian dan Pemilu LIPI, Komisioner KPU 2007-2012) menyatakan bahwa generasi milenial harus memahami bahwa Pemilu di Indonesia itu sebagai hak dan sifatnya voluntary, namun menentukan masa depan Indonesia. Upaya-upaya guna meningkatkan partisipasi milenial pada Pemilu 2019 nanti layak diapresiasi.
Dr Sri Nuryanti juga menyatakan bahwa banyak kaum milenial yang memandang Pemilu di Indonesia ini tidak keren, kuno yang seharusnya bisa lebih canggih dengan memanfaatkan IT sehingga enggan untuk terlibat aktif dalam Pemilu, padahal untuk menuju sistem Pemilu yang canggih harus berproses, diawali dengan partisipasi yang tinggi sehingga mutu demokrasi meningkat dan pemerintahan yang dihasilkan memiliki legitimasi kuat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News