JAKARTA. Para pengusaha kuliner menyiasati kenaikan harga elpiji 12 kg dengan menghemat pengeluaran di lain demi mempertahankan harga makanan yang mereka jual.
Pemilik restoran Mix Diner & Florist, Lizta Permata, di Jakarta, misalnya memilih memangkas biaya operasional seperti ongkos listrik atau penyejuk ruangan. "Sebisa mungkin kami tidak menaikkan harga meskipun beberapa bahan di pasar sudah mengalami kenaikan," kata Lizta. Dengan jurus itu, menurut Litza, kenaikan harga elpiji 12 kg sebesar Rp 18.000 per tabung pada bulan ini belum memberikan dampak signifikan bagi usahanya.
Bayu Amengku yang merintis bisnis kuliner Ayam Lelang di Jakarta juga tidak serta merta ikut menaikkan harga-harga makanan meskipun ongkos elpiji meningkat. Sama seperti Lizta, Bayu menghemat beberapa pengeluaran lain. "Kita mengurangi pemakaian listrik, air, es batu, plastik dan sebagainya agar lebih efisien," kata dia melalui pesan singkat. Pemakaian gas, kata Bayu, tidak bisa dikurangi sehingga dia harus memutar otak dengan mengurangi pengeluaran di bagian lain.
Pebisnis kue Tresnansiana Ismiranti punya siasat lain agar dia tidak menaikkan harga kue-kue buatannya saat harga elpiji kian mahal. Sejak awal, ketika menentukan harga kue, ia sudah memperhitungkan seandainya ada kenaikan harga mendadak, baik itu harga bahan baku, elpiji, atau bahan bakar minyak. "Jadi tidak setiap ada kenaikan BBM atau bahan harga kuenya ikut naik," ungkap perempuan yang biasa membuat kue mulai dari kue ulang tahun hingga jajanan pasar itu. (Nanien Yuniar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News