MEDAN. Pertumbuhan kredit perbankan di Sumatera Utara pada 2014 melambat jauh dari angka nasional atau hanya 6,97% menjadi Rp166,87 triliun dari angka nasional 11,94%.
"Tahun lalu, meski juga melambat, pertumbuhan kredit nasional masih bisa sebesar 11,94%, sedangkan di Sumut lebih rendah atau hanya 6,97%," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut, Difi A Johansyah di Medan, Sabtu (31/1).
Menurut dia, pertumbuhan kredit Sumut pada 2014 juga jauh lebih rendah dari 2013 yang bisa 18,56% dari 2012 yang sejumlah Rp131,58 triliun.
"Penurunan kredit 2014 dipengaruhi banyak faktor termasuk adanya Pemilu Presiden dan masih terjadinya krisis global," kata Difi.
Pemilu Presiden membuat banyak calon investor atau pengusaha melakukan "wait and see" berinvestasi baru atau memperbesar modal usaha.
Perekonomian Sumut yang juga mengalami tekanan membuat perbankan "mengerem" laju kredit untuk menjaga kualitas kreditnya.
Difi menjelaskan, perlambatan kredit terjadi di sebagian besar sektor.
Kredit investasi hanya tumbuh sebesar 8,92% dari Rp43,61 triliun di 2013 menjadi Rp47,5 triliun.
Pertumbuhan sebesar 8, 92% itu lebih kecil dibandingkan dengan penyaluran kredit investasi di 2013 yang sudah tumbuh sebesar 42,89%.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor industri pengolahan juga tumbuh rendah atau masing-masing 1,23% dan 2,06%. "Hanya kredit sektor pertanian yang tumbuh cukup tinggi hingga mencapai 16,16 menjadi Rp30,41 triliun,"katanya.
Difi menegaskan, meskipun mengalami perlambatan di PHR dan industri pengolahan, dominasi kredit sektor itu masih cukup tinggi dengan share sebesar 24,68% dan 20,98%. Melihat kondisi 2014 dan 2015 yang juga terlihat belum pulih benar, maka diprediksi penyaluran kredit perbankan tahun ini juga tidak mengalami kenaikan signifikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News