Petani tomat di Pasuruan Jatim merugi

Rabu, 31 Desember 2014 | 17:09 WIB Sumber: Antara
Petani tomat di Pasuruan Jatim merugi

ILUSTRASI. Tiki Jalur Nugraha Eka Kurir (JNE Express) tetap optimistis bahwa industri logistik akan terus tumbuh.


PASURUAN. Sejumlah petani buah tomat di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, mengaku telah merugi karena harga jual komoditas itu menurun akibat curah hujan yang cukup deras, sehingga kualitas produk kurang baik.

"Harga jual buah tomat akhir-akhir ini menurun karena hujan yang deras membuat sebagian besar buah tomat rusak. Buah tomat tidak boleh kena air karena mudah busuk," kata salah seorang petani tomat di Kecamatan Kejayan, Mochammad Anton, di pasuruan, Rabu.

Menurut dia, derasnya curah hujan berdampak pada harga jual tomat karena produksi tomat tidak berkembang dan sebagian tomat busuk terkena air.

"Harga jual tomat menurun dari Rp5.000 menjadi Rp2.500 per kilogram, sehingga turunnya harga tomat membuat para petani merugi," tuturnya.

Perawatan tanaman tomat pada musim hujan, lanjut dia, membutuhkan tenaga dan dana yang ekstra karena petani harus membeli obat anti hama yang disemprot dengan menggunakan pestisida, agar buah tomat terhindar dari hama.

"Perawatan juga harus dilakukan secara rutin seperti memangkas daun, agar buah tomat tumbuh dengan sempurna," katanya.

Ia menjelaskan produksi tomat pun mengalami penurunan hingga mencapai 70 persen karena sebelumnya bisa memetik buah tomat seberat tiga kuintal, namun selama musim hujan hanya bisa dipanen sebanyak 15 kilogram setiap harinya karena kualitas tomat yang kurang bagus.

"Kalau dihitung tidak akan bisa menutupi biaya produksi awal yang mencapai lebih dari Rp25 juta setiap hektare, sehingga bisa dipastikan petani merugi dengan harga Rp2.500 per kilogram," paparnya.

Hasil produksi tomat yang mampu dikumpulkan petani pada musim hujan tidak lebih dari Rp8 juta, sehingga petani hanya bisa pasrah dengan curah hujan yang tinggi selama beberapa pekan terakhir ini.

"Kami terpaksa membiarkan tomat tersebut tidak dipanen dan membusuk karena ongkos petik tidak sebanding dengan harga tomat di pasaran yang terus anjlok," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa
Terbaru