PHRI Bali Sebut Okupansi Hotel Hanya Sekitar 6%

Minggu, 06 Februari 2022 | 20:34 WIB   Reporter: Vendy Yhulia Susanto
PHRI Bali Sebut Okupansi Hotel Hanya Sekitar 6%

ILUSTRASI. Pekerja membersihkan kamar yang akan digunakan sebagai tempat karantina bagi wisatawan mancanegara di Hotel Griya Santrian, Sanur, Denpasar, Bali, Senin (11/10/2021). PHRI Bali Sebut Okupansi Hotel Hanya Sekitar 6%.


INDUSTRI PARIWISATA -  JAKARTA. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengatakan, selama ini okupansi hotel di Bali hampir 100% didominasi oleh wisatawan domestik. Ia menerangkan, kedatangan wisatawan domestik terbagi dalam dua.

Pertama, kedatangan untuk tujuan MICE (meeting, incentive, convention, exhibition). Beberapa kementerian melakukan MICE di Bali. Pelaksanaan MICE ini cenderung dilakukan pada hari – hari kerja. Hal ini, kata Oka, sangat membantu pada beberapa wilayah pariwisata, khususnya di Nusa Dua.

Kedua, wisatawan yang datang memang untuk berlibur ke Bali yang biasanya cenderung pada weekend.

Oka menerangkan, kedatangan orang ke Bali pada Desember 2021 sempat menyentuh 14.000 orang per hari. Setelah itu, saat ini jumlah kedatangan sekitar 9.000 orang per harinya.

Baca Juga: Sandiaga Uno: Di Tengah Pandemi, Wisatawan Domestik Beri Secercah Harapan

“Tetapi jumlah itu kan tidak semua wisatawan, mungkin 50% wisatawan, sisanya mungkin kunjungan keluarga dan lain sebagainya,” ujar Oka saat dihubungi Kontan, Minggu (6/2).

Oka mengatakan, dari jumlah tersebut sebagian besar berdampak pada okupansi hotel dan/atau vila di Nusa Dua Bali dan wilayah sekitarnya. Ia menyebut, okupansi hotel di Nusa Dua dapat menembus di atas 50% atau 60%. Namun, okupansi tersebut merupakan okupansi harian, bukan okupansi mingguan apalagi bulanan.

“Kalau kita melihat secara keseluruhan di Bali paling banter dengan jumlah wisatawan seperti ini terjadi sekarang ini paling okupansi rata-rata, ya walaupun saya melihat ada teman-teman saya tidak ada wisatawannya sama sekali, kalau dirata-rata sekitar 6%,” terang Oka.

Lebih lanjut Oka mengatakan, sulit memprediksi dampak kebijakan pembukaan pintu masuk internasional di Bali per 4 Februari, terhadap peningkatan kedatangan wisatawan mancanegara (wisman).

Baca Juga: PHRI Jakarta: Industri Hotel dan Restoran Akan Pulih Tahun Ini Meski Diterpa Omicron

Menurut Oka, kebijakan penanganan Covid-19 di masing-masing negara juga menjadi salah satu pertimbangan kedatangan wisatawan ke Bali. Ia mencontohkan, kebijakan karantina warga China yang kembali dari luar negeri terbilang cukup lama. Hal ini yang bisa menjadi salah satu sebab belum adanya peningkatan kunjungan wisman.

Padahal, lanjut Oka, wisatawan mancanegara tidak mempermasalahkan persyaratan kedatangan ke Bali. “Persyaratan di Indonesia mereka tidak ada masalah, cuman di negara nya dia sendiri yang menyulitkan. Jadi agak sulit saya memprediksi karena sangat tergantung pada kebijakan masing-masing negara tersebut,” terang Oka.

Editor: Noverius Laoli

Terbaru