Remaja Bunuh Bocah untuk Jual Ginjal di Pasar Gelap, Pakar Unair Ungkap Motifnya

Selasa, 17 Januari 2023 | 14:18 WIB   Penulis: Tiyas Septiana
Remaja Bunuh Bocah untuk Jual Ginjal di Pasar Gelap, Pakar Unair Ungkap Motifnya

ILUSTRASI. Remaja Bunuh Bocah untuk Jual Ginjal di Pasar Gelap, Pakart Unair Ungkap Motifnya. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)


KEJAHATAN ANAK -  Kasus dua remaja yang membunuh anak kecil dengan niatan untuk menjual gnjalnya di pasar gelap sempat menghebohkan masyarakat.

Banyak orang terheran-heran, bagaimana dua remaja tersebut tega membunuh seorang bocah karena iming-iming pendapatan penjualan organ ilegal di pasar gelap yang harganya cukup tinggi. 

Menanggapi hal itu, Margaretha, Pakar Psikologi Klinik Universitas Airlangga (Unair) memberikan pendapatnya.

Baca Juga: Calon Mahasiswa, Simak 6 Jalur Masuk IPB 2023 serta Jadwal Kegiatannya Ini

Psikologis pelaku bisa jadi motif

Margaretha mengungkap dua hal yang bisa jadi motif remaja tersebut melakukan pembunuhan, yakni kerentanan perkembangan psikologis sehingga terjadi pengambilan keputusan yang salah dan impulsif. 

Selain itu motif selanjutnya adalah adanya kemungkinan tersangka memiliki ciri kepribadian antisosial.

“Mengapa? Karena ciri kepribadian antisosial adalah orang-orang yang mau menyakiti orang lain, tapi kurang rasa bersalahnya demi mencapai tujuan awal,” ucap Margaretha.

Dia menjelaskan, kepribadian itu muncul sebagai ekspresi genetik, tapi dapat dimanifestasi jika didukung oleh lingkungan. 

Menurut Margaretha, lingkungan tempat berkembang yang norma benar atau salahnya masih ‘bengkok’, menjadi salah satu tanda munculnya kepribadian tersebut.

“Selain itu, mereka cenderung kurang matang dalam memahami emosi, dan kurang adanya monitoring sehingga pemberian konsekuensi atas perilakunya juga tidak maksimal,” papar alumnus Master of Research (Developmental Psychopathology) Universiteit Utrect, Belanda, tersebut.

Baca Juga: Daftar Pekerjaan di Indonesia yang Punya Gaji Tinggi, Ada yang Rp 30 Juta Lebih

Korektif dan rehabilitatif penting dilakukan

Dari segi usia dan pelanggaran yang dilakukan, Margaretha merasa bahwa kedua tersangka perlu diberi pidana sesuai hukum yang berlaku. 

Sehingga, kejahatan yang telah dilakukan dapat menjadi upaya korektif bagi keduanya. Namun, ia juga menekankan bahwa rehabilitasi turut menjadi poin penting yang perlu diterapkan.

Rehabilitasi bertujuan agar kedua remaja tersebut memahami moralitas dan kapasitas hidup sebagai manusia bermoral.

“Jika mereka benar memiliki ciri kepribadian antisosial, maka harus ada pendampingan ekstra karena jika tidak, keduanya dapat berpotensi untuk melakukan kejahatan serupa atau kejahatan lainnya,” ungkapnya

Tidak hanya rehabilitasi secara moral, Margaretha juga mengungkap pentingnya rehabilitasi agar remaja mengetahui cara penyelesaian masalah yang benar. 

“Remaja dengan kerentanan pengembangan psikologis biasanya melakukan kejahatan ketika stres sehingga kita harus bantu mereka punya kemampuan penyelesaian yang lebih baik dan adaptif,” ujar alumnus Postgraduate Diploma in Psychology (Neuropsychology) The University of Newcastle, Australia, itu.

Baca Juga: Cara Melihat NISN dan NPSN untuk Membuat Akun SNPMB 2023

Membatasi akses pasar gelap

Sedangkan dari kajian psikologi forensik mengenai memahami perilaku kejahatan, Margaretha berpendapat bahwa kedua tersangka hanya merupakan titik di puncak gunung es.

Dia menjelaskan, masyarakat tidak cukup hanya fokus pada kasus dua remaja yang sudah melakukan kesalahan ini.

Sebaliknya, masyarakat perlu segera bertindak menghentikan dan membatasi ruang pasar gelap oargan manusia yang sudah ada atau sedang dikembangkan di Indonesia.

“Jangan sampai kita menjadi penyumbang terbesar tanpa kita ketahui dan kita dapat kontrol sama sekali,” pesannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tiyas Septiana

Terbaru