SOLO. Peluang investasi di Kota Solo, Jawa Tengah kini terbatas lantaran terkendala lahan. Karena itu, investasi yang memungkinkan antara lain sektor jasa, perdagangan, dan pariwisata.
"Luas lahan di Kota Solo tidak lagi memungkinkan untuk mengembangkan investasi bidang industri sehingga untuk menarik investor ke Kota Solo, Pemkot Surakarta hanya mengandalkan bidang jasa, perdagangan, dan pariwisata," kata Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Pemkot Surakarta Toto Atmanto di Solo, Selasa (10/11).
Ia mengatakan, sebagai bukti investasi di Solo pada tahun ini hingga September sebesar Rp 1,3 triliun hampir sebagian besar dari bidang jasa, perdagangan, dan pariwisata. Ke depan, Solo harus lebih cerdas dalam mengemas ketiga sektor ini.
Saat ini sisa lahan yang memungkinkan untuk pengembangan industri hanya Solo Utara. Itupun, Pemkot harus memberikan berbagai kemudahan untuk menarik investor.
Misalnya, Pemkot harus menyiapkan infrastruktur, mempermudah perizinan, membebdaskan pajak hingga beberapa tahun kedapan serta pengurangan retribusi. Jika ini tidak bisa dipenuhi, kemungkinan besar sulit terwujud untuk menetapkan Solo utara sebagai kawasan industri.
Tahun ini, Solo menargetkan pendapatan asli daerah (PAD) Rp 1,5 triliun. Sampai September sudah terkumpul Rp 1,3 triliun. Toto optimis, Solo bisa mencapai targetnya.
Dari nilai itu, hampir semua pendapatan didapatkan dari sektor jasa dan perdagangan. "Kalau investasi fisik sudah terkendala lahan. Ke depan harus cerdas menarik investor tidak hanya tergantung lahan. Makanya kami optimalkan terutama pariwisata," katanya.
Toto menambahkan saat ini Pemkot mulai menyiapkan langkah-langkah untuk mengarahkan investasi ke Solo bagian Utara, seperti Pemkot membatasi pembangunan hotel dan minimarket di tengah Kota.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News