Strategi Kementan dorong peningkatan produktivitas dan kualitas pertanian di daerah

Senin, 01 November 2021 | 16:46 WIB   Reporter: Noverius Laoli
Strategi Kementan dorong peningkatan produktivitas dan kualitas pertanian di daerah

ILUSTRASI. Pertanian Tumbuh: Petani melintasi di antara sawahnya di Leuwi Liang, Bogor, JAwa Barat, Kamis (12/8). Strategi Kementan dorong peningkatan produktivitas dan kualitas pertanian di daerah.


PERTANIAN - YOGYAKARTA. Kementerian Pertanian (Kementan) menjamin produktivitas dan kualitas pertanian di daerah dijamin terjaga. Untuk itu, Kementan berkomitmen mendorong penguatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) utamanya  melalui Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa), Kementan memoles SDM petani Boyolali melalui Sekolah Lapang. 

"Program ketahanan pangan nasional tetap terjaga. Slot produktivitas di daerah terus dinaikkan. Untuk menjamin kualitasnya, kami juga mendorongnya melalui penguatan SDM. Ada beragam pelatihan yang diberikan, apalagi kami juga libatkan Polbangtan untuk akserasinya," ungkap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) seperti dikutip dari siaran pers, Senin (1/11). 

Menjadi agen yang mengakselerasi produktivutas dan kualitas pertanian, Sekolah Lapang memang masif digulirkan Polbabgtan YoMa. Lokasinya berada di Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah. Menariknya, materi Sekokah Lapang diberikan berbeda-beda setiap pekannya. SYL menambahkan, pembelajaran dan pengalaman langsung melalui praktek petani akan memberi impact positif. 

"Pembelajaran berkelanjutan harus terus diberikan kepada petani. Sekolah Lapang tentu sangat efektif untuk mengupgrade pengetahuan mereka. Petani belajar langsung di lahan usaha tani dan petani juga bisa langsung memecahkan permasalahannya dengan dibantu penyuluh atau tenaga ahli pendamping,” lanjut SYL.

Baca Juga: Kementan hanya bisa penuhi 9 juta ton pupuk subsidi per tahun, ini alasannya

Lebih lanjut, rangkaian kegiatan Sekolah Lapang dijamin bisa menyelesaikan beragam permasalahan yang ada di lapangan. Apalagi, kemampuan dan ketrampilan sudah dinaikkan melalui beragam materi Sekolah Lapang. 

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menerangkan, kesadaran belajar dan kemampuan petani meningkat melalui Sekolah Lapang. 

“Target ketahanan pangan nasional terus dikawal dengan baik di daerah. SDM menjadi kunci yang terus dipoles. Ada banyak pengetahuan yang diberikan. Utamanya dalam memanfaatkan lahan usaha taninya secara produktif, berani meningkatkan kepercayaan diri dalam mengadopsi praktek-praktek budidaya dan pengelolaan usaha tani yang lebih baik, seperti yang sudah diajarkan,” terang Dedi.

Kegiatan Sekokah Lapang yang dilaksanakan dalam beberapa sesi berfokus pada materi teknik budidaya dan penanganan tanaman padi. Pasalnya, padi merupakan komoditas pangan utama. Menjadi salah satu komoditi unggulan dalam empat sukses program Kementan yang terus menerus ditingkatkan produktivitasnya. Muaranya tetap meningkatkan program swasembada pangan. 

Baca Juga: Anggaran terbatas, Kementan cuma bisa penuhi 9 juta ton pupuk subsidi per tahun

“Sejauh ini kami menyelenggarakan SL dengan tema Penerapan Teknologi Pertanian, Agroekologi, Evaluasi Dampak Iklim, hingga Praktek Pembuatan PGPR untuk tanaman padi,” terang Koordinator Tim Pendampingan Kecamatan Nogosari Arwanti. 

Penyelenggaraan kegiatan didasarkan pada prinsip partisipatif. Para petani diajak ikut berperan aktif dalam penentuan solusi permasalahan sesuai kondisi setempat. Peserta yang hadir juga diajak melakukan pengamatan sederhana terhadap kondisi tanaman padi mereka.

“Peserta Sekolah Lapang yang terdiri dari anggota Poktan dan Kelompok Wanita Tani kita libatkan langsung. Mereka melakukan pengamatan dan identifikasi hama hingga penentuan teknologi apa yang tepat untuk mengatasinya. Kemampuan petani dapat meningkat dengan metode pembelajaran langsung di lapangan seperti ini,” jelas Toni yang menjadi Koordinator POPT. 

Materi yang disampaikan dalam Sekolah Lapang diantaranya, pengendalian hama beluk atau penggerek batang pada tanaman padi dan pemanfaatan teknologi sederhana.

“Pengendalian dilakukan penggunaan pestisida ketika hama pada fase ulat muda atau penggunaan tanaman berbunga di sekitar tanaman padi ketika hama pada fase kupu-kupu. Selain itu, petani juga dapat membuat perangkap hama sederhana menggunakan lampu di malam hari dan di bawahnya ditempatkan wadah berisi air untuk menjebak hama klaper,” lanjut Toni.

Selanjutnya: PTPN Group implementasikan pengembangan bioenergi

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Noverius Laoli

Terbaru