Tahun berat bagi industri rokok, jutaan orang menggantung nasib di sektor IHT

Kamis, 12 November 2020 | 14:45 WIB Sumber: TribunNews.com
Tahun berat bagi industri rokok, jutaan orang menggantung nasib di sektor IHT

ILUSTRASI. Suasana pekerja di ruang produksi pabrik rokok


Ia sudah 21 tahun bekerja sebagai pekerja linting di Mojokerto. Selama puluhan tahun itu, anak pertama dari empat bersaudara ini juga bisa menyekolahkan adik-adiknya sampai selesai.

Baca Juga: Tahun ini menjadi tahun berat bagi industri industri rokok

Sebagai anak pertama, Maslukah memiliki kewajiban untuk mengajak adik-adiknya untuk bisa sekolah. Sebuah mandat yang diberikan kedua orang tuanya ketika waktu itu melihat adik-adiknya masih kecil.

Kedua orangtuanya yakni pasangan Abdul Majid dan Misti waktu itu sudah tidak mampu lagi membiayai pendidikan adik-adiknya. “Alhamdulilah ketiga adik-adik saya sudah bisa selesai pendidikannya. Dari penghasilan di SKT ini, mereka kini sudah berkeluarga dan bisa menjalani kehidupan lebih baik,” imbuhnya

Kini, tugas Maslukah selanjutnya adalah mengantarkan anak-anaknya untuk bisa memastikan mereka memperoleh pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Ia ingin anak-anaknya meraih cita-cita yang diinginkan serta memiliki pegangan hidup yang jelas.

“Saya mohon sekali pada Pak Presiden untuk tidak menaikkan lagi cukai tahun depan. Saya ingin terus bekerja di IHT dan tak ingin kena PHK,” tegasnya.

SKT bagi Maslukah menjadi sawah dan ladangnya untuk mencari rejeki. Tiap hari sawah itu disirami untuk bisa memperoleh hasil yang baik. Ketekunan yang dijalaninya beserta ratusan ribu pekerja perempuan di IHT menjadikan harapan untuk bisa hidup lebih baik.

Maslukah sendiri pun akhirnya bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang S-1 jurusan pendidikan dari hasil kerja kerasnya di SKT. “Dulu orangtua saya tak punya uang, jadi setelah lulus sekolah langsung bekerja. Alhamdulillah keinginan untuk bisa sekolah lagi akhirnya terwujud dan sekarang saya sudah lulus dari Universitas Terbuka pada 2013 lalu,” katanya.

Perempuan yang sehari-hari juga menjadi guru ngaji di tempat pendidikan Al Quran (TPA) Puri ini berharap betul “sawah” tempatnya mencari penghasilan tak gulung tikar karena kenaikan cukai SKT. Ia masih memiliki banyak cita-cita beserta anak-anaknya untuk maju dan berkembang dari penghasilannya setiap hari di SKT. (Yoni Iskandar)

Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Pemerintah, Dengarkanlah Keprihatinan Pelinting SKT di Masa Pandemi Covid-19,

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru