Upaya PKT Menerapkan Mitigasi Keselamatan Kerja

Jumat, 13 Oktober 2023 | 07:30 WIB   Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk
Upaya PKT Menerapkan Mitigasi Keselamatan Kerja

ILUSTRASI. Pabrik soda ash nantinya akan dibangun di kawasan Industri Kaltim Industrial Estate (KIE) yang masih berada di area PKT di Bontang.


INDUSTRI PUPUK - JAKARTA. Sebagai perusahaan yang bergerak di industri pupuk dan petrokimia, PT Pupuk Kaltim (PKT) sangat fokus memperhatikan aspek keselamatan kerja sebagai langkah untuk menjaga proses bisnis tetap berjalan optimal. 

Wakil Dirut Pupuk Indonesia Nugroho Christijanto mengatakan di industri pupuk, memitigasi risiko keselamatan kerja selalu diutamakan di lingkungan Pupuk Indonesia Group, termasuk di lingkungan PKT sebagai anak usahanya. Perusahaan menjaga zero fatality.

"Pupuk Indonesia juga  menerapkan Health Safety Security and Environment (HSSE) dan memenuhi tata kelola linkungan dan aturan regulasi yang ada,” kata dia dalam keterangan resminya, Jumat (13/10).

Dalam  pengoperasian industri pupuk terdapat sejumlah risiko yang dapat terjadi di antaranya seperti risiko gas beracun karena bisa terjadi karena reaksi batuan fosfat dengan asam sulfat. Lalu pengoperasian asam sulfat berpotensi mengelurakna gas SO2 yang sangat beracun. Selain itu, juga terdapat risiko explosive dari amoniak yang berpotensi meledak hingga emisi gas buang yang dapat mencemari lingkungan.

Vice President K2 Pupuk Kaltim David R. Manik mengatakan, pihakan berkomitmen untuk menjalankan mitigasi risiko keselamatan kerja dengan tetap mengedepankan zero fatality. Hal itu disampaikan dalam Annual Meeting & EXPO Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia 2023.

Baca Juga: Pupuk Indonesia Grup Teken Kontrak Perjanjian Jual Beli Gas

Dalam kesempatan yang sama, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan di era dengan tantangan produksi migas, diperlukan sinergi dari berbagai instansi dan para ahli termasuk insiyur kimia guna merumuskan strategi memproduksi minyak dan gas untuk memenuhi kebutuhan ke depan.

“Sinergi dan kolaborasi instansi dann ahli dari berbagai bidang adalah salah satu cara di era persaingan yang semakin tinggi dalam sektor energi,” ujarnya.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan ke depan kebutuhan energi akan meningkat sebab pada 2060 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 331 juta jiwa dan kebutuhan energi akan mencapai 519 MTOE (metric ton oil equivalent) sehingga ketika produksi minyak dan gas bumi tidak akan mencukupi maka ketahan energi akan terjadi krisis, lalu impor migas juga akan meningkat sehingga dapat membebani negara. 

“Untuk itu peningkatan produksi energi tanpa mitigasi akan meningkatkan risiko gas rumah kaca (GRK). Pada 2060, sektor gas rumah kaca akan menjadi 2 miliar ton CO2. Makanya dibutuhkan transisi energi yang memanfatakan EBT dengan tetap menjaga ketahanan energi,” ujarnya.

Arifin menjelaskan, dalam roadmap transisi energi, seluruh kebutuhan energi berbasis EBT dari sektor pembangkit listirk akan mencapai sekitar 700 GW, di mana sebanyak 96 persen berasal dari EBT, dan 4% merupakan energi baru berupa Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), hidrogen untuk industri industri dan transportasi. 

Dari sisi demand, pemerintah mendorong program pemanfaatan kendaraan listrik, kendaraan berbahan bakar biofuel hingga electric home appliance.  Untuk itu, sarjana teknik kimia punya peran penting dalam pemnafaatan energi alternatif mulai dari energi surya, panas bumi dan nuklir, hidrogen dan kimia, serta pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) untuk solar dan avtur. 

"Saya berharap sarjana kimia dapat harapkan sarjana berkontribusi siginfikan melalui inovasi dan kreasi dalam menciptakan energi bersih guna mendukung transisi energi Net Zero Emission (NZE) 2060 atau lebih cepat,” pungkas Arifin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dina Hutauruk

Terbaru