Upayakan Mitigasi bencana bagi wisatawan, pengelola Tanjung Lesung gandeng BMKG

Senin, 19 Agustus 2019 | 21:23 WIB   Reporter: Elisabeth Adventa
Upayakan Mitigasi bencana bagi wisatawan, pengelola Tanjung Lesung gandeng BMKG

ILUSTRASI. Kawasan Pantai di wisata Tanjung Lesung, Banten


WISATA - PANDEGLANG. Pasca bencana tsunami 2018 lalu, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten terus berupaya agar aktivitas pariwisata bisa bangkit kembali. 

Tidak dapat dipungkiri jika bencana alam, seperti gempa menjadi tantangan tersendiri bagi kawasan wisata yang menawarkan keindahan alam pesisir ini.

Belajar dari pengalaman tersebut, pihak pengelola Tanjung Lesung bekerjasama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat untuk upaya mitigasi bencana bagi sektor pariwisata. 

Baca Juga: Tarik minat wisatawan, KEK Tanjung Lesung gelar Rhino X Triathlon

Selain untuk mengembalikan gairah di sektor pariwisata, upaya tersebut juga dilakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi para wisatawan dan masyarakat sekitar.

Kepala Balai BMKG Wilayah II, Hendro Nugroho menyampaikan bahwa BMKG memberikan sejumlah fasilitas berupa peralatan deteksi dini bencana di beberapa titik tempat wisata di Banten, khususnya di Tanjung Lesung. 

Hal tersebut dilakukan untuk memberikan info dini bencana, sehingga para wisatawan dan masyarakat sekitar selalu waspada terhadap bencana, terutama gempa bumi.

Baca Juga: Kemenhub targetkan pengembangan transportasi Danau Toba rampung 2020

“Kami hadir untuk memberi kepastian kepada masyarakat dan para wisatawan tentang apa itu mitigasi bencana. Yang perlu disyukuri adalah anugerah pemandangan indah pantai ini. Tapi yang namanya gempa bumi tidak bisa diprediksi, hanya bisa lewat peringatan dini” kata Hendro.

Ia menjelaskan bahwa saat ini BMKG telah mengaktifkan alat pemantau info dini bencana berupa HF radar tsunami di 18 titik lokasi, sekitar Lampung dan Banten. Beberapa titik tersebut antaralain berada di Kalianda, Mambruk, Labuhan dan Tanjung Lesung, dengan jangkauan 70-90 kilometer (km).

Selain itu, BMKG juga memasang HF Radar Array Wera dari Jerman dan Earthquake Early Warning System (EEWS) yang merupakan hibah dari pemerintah Tiongkok. Saat ini alat EEWS tersebut sedang diujicoba di 11 negara.

Baca Juga: Usai Gempa dan Tsunami, Tanjung Lesung Berbenah dan Bidik 800.000 Wisatawan

“Ada sekitar 200 unit EEWS yang dihibahkan ke kita. Alat tersebut merupakan monitoring pendeteksi gempa bumi di hulu. Jadi kalau ada guncangan yang menimbulkan gelombang, akan diterima oleh sistem dengan cepat dan informasinya disebarluaskan sebagai peringatan dini di hilir,” jelas Hendro.

Peralatan tersebut juga dilengkapi oleh saran untuk menyelamatkan diri. Sehingga masyarakat bisa mengetahui hal apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan diri dari bencana. BMKG juga memasang intensity meter guna mengetahui seberapa besar dampak bencana yang terjadi.

President Director Banten West Java (BWJ), Poernomo Siswoprasetjo menjelaskan jika pihak pengelola Tanjung Lesung menyediakan beberapa titik jalur evakuasi. Pihak pengelola menyediakan pelayanan keamanan bagi pengunjung, sehingga aktivitas pariwisata bisa terus berjalan.

Baca Juga: Usai dihantam tsunami, pengelola wisata Tanjung Lesung bidik 800.000 pengunjung

“Di Tanjung Lesung sudah ada beberapa jalur evakuasi, jadi kalau ada peringatan dini tsunami, kami sudah sediakan dimana tempat tingginya. Kalau untuk gempa bumi, titik kumpulnya menjauhi bangunan. Jalur evakuasi menjangkau keseluruhan kawasan. Untuk sampai bisa ke titik evakuasi butuh waktu kurang dari 10 menit,” jelas Poernomo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Handoyo .

Terbaru