Peristiwa

Apa Penyebab Hujan di Bulan Agustus? Begini Jawaban BMKG

Jumat, 15 Agustus 2025 | 04:30 WIB Sumber: Kompas.com
Apa Penyebab Hujan di Bulan Agustus? Begini Jawaban BMKG

ILUSTRASI. Tahun ini, hujan terpantau masih mengguyur sejumlah wilayah Indonesia pada pertengahan Agustus. Apa penyebabnya? KONTAN/Carolus Agus Waluyo


KONTAN.CO.ID - Musim kemarau di Indonesia biasanya berlangsung pada April sampai dengan Oktober setiap tahunnya. Namun, tahun ini hujan terpantau masih mengguyur sejumlah wilayah Indonesia pada pertengahan Agustus.

Beberapa warganet juga mengeluh dan mempertanyakan kenapa hujan sudah mengguyur kota tempat tinggal mereka, seperti di Yogyakarta, Cianjur, Bogor, Bekasi, Banten, hingga Jakarta. Sebagian warganet pun khawatir hujan bakal terjadi di momen upacara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Indonesia pada Minggu (17/8/2025) nanti.

"Sebenarnya tahun ini ada musim kemarau atau tidak," tulis @pen*****. "Kalau tgl. 17 sudah keluar belum prediksinya? Soalnya mau upacara," @ike********.

Lantas, mengapa hujan masih terjadi di sejumlah wilayah pada pertengahan Agustus 2025?

Penyebab hujan di bulan Agustus

Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Ardhasena Sopaheluwakan, mengatakan hujan di bulan Agustus terjadi karena dinamika atmosfer, seperti aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang tropis lainnya yang ikut aktif.

Dikutip dari laman BMKG, MJO adalah gelombang tropis yang bergerak di sekitar ekuator. MJO dapat memicu terjadinya pertumbuhan awan hujan secara signifikan.

Sementara gelombang tropis yang aktif, seperti Gelombang Kelvin dan Rossby dapat menyebabkan atmosfer menjadi labil. Akibatnya, udara naik dan berpotensi meningkatkan terbentuknya awan hujan.

Baca Juga: BMKG Sebut Curah Hujan Bakal Meningkat pada Bulan Oktober

Ardhasena juga menerangkan bahwa indeks monsun Australia turut menyebabkan meningkatnya curah hujan di bulan Agustus. Pantauan BMKG menunjukkan, sejak Maret 2025 intensitas monsun Australia cenderung lebih lemah dibandingkan kondisi normal.

"Dalam kondisi monsun yang lemah, aliran angin dari Australia yang membawa massa udara kering juga melemah sehingga masih tersedia cukup uap air untuk pembentukan awan hujan," ucap Ardhasena, saat diwawancarai Kompas.com, Selasa (13/8/2025).

Selain itu, anomali suhu laut yang lebih hangat dari rata-rata di sebagian besar perairan Indonesia juga meningkatkan kelembaban atmosfer. Kondisi ini memicu pertumbuhan awan konvektif dan memperbesar peluang terjadinya hujan di beberapa wilayah di Indonesia.

Apakah musim kemarau 2025 sudah berakhir? Berdasarkan prediksi bulanan BMKG, musim kemarau 2025 kemungkinan akan berakhir lebih cepat dari biasanya. Hal ini mempertimbangkan kondisi curah hujan di sebagian wilayah Indonesia yang terjadi pada Agustus 2025.

"Terdapat kemungkinan musim hujan akan datang lebih awal," kata Ardhasena.

Kendati demikian, prediksi resmi kapan musim kemarau berakhir baru akan dirilis BMKG pada bulan depan.

Sejauh ini, BMKG memprediksi bahwa curah hujan pada Agustus, September, Oktober 2025 berada pada kategori Atas Normal. Kondisi ini mengindikasikan bahwa potensi curah hujan tetap di musim kemarau akan berlangsung sampai dengan Oktober 2025.

Tonton: BMKG: Aphelion Picu Penurunan Suhu Bumi, Tapi Tidak Menimbulkan Gangguan Kesehatan

Hingga awal Agustus, hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa 51 persen zona musim yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah memasuki musim kemarau.

Presentasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kondisi normal. Pada tahun-tahun sebelumnya, sebagian besar wilayah Indonesia sudah mengalami musim kemarau pada Agustus 2025.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Warganet Pertanyakan Penyebab Hujan di Bulan Agustus Ini, Apa Kata BMKG?"

Selanjutnya: Mayoritas BPD di Pulau Jawa Membukukan Kenaikan Laba Bersih

Menarik Dibaca: Promo HokBen Diskon Merdeka 15-17 Agustus, Nikmati Harga Spesial Cuma Rp 17.000-an

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Video Terkait


Terbaru