ASURANSI - JAKARTA. PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) atau Askrindo, melalui program Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hadir untuk negeri ikut membantu program pemerintah dalam pembangunan di wilayah 3T yakni tertinggal, terdepan dan terluar.
Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Mustika merupakan salah satu sarana pendidikan yang mendapat perhatian khusus dari perusahaan pelat merah ini melalui program BUMN Hadir Untuk Negeri untuk membantu para siswa yang kurang beruntung.
Baca Juga: Cegah stunting, Askrindo beri bantuan ke warga Baduy, Banten
Corporate Secertary Askrindo, Denny S Adji mengatakan, Askrindo mengambil langkah tersebut guna membantu pemerintah meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) agar terciptanya pemerataan ekonomi nasional yang lebih baik lagi.
"Saat ini Askrindo tengah fokus menyalurkan CSR maupun bina lingkungan ke beberapa daerah yang masuk ke dalam 3T (tertinggal, terdepan dan terluar ) salah satunya di daerah daerah yang berbatasan langsung dengan negara negara tetangga seperti di Papua dan Kalimantan," ujarnya dalam siaran pers, Minggu (15/12).
Berbagai bantuan CSR dan Bina Lingkungan Askrindo memfokuskan kepada pengembangan kapasitas SDM mulai dari sarana pembelajaran untuk anak anak usia dini dengan Mobil Pintar hingga bantuan berupa sarana pembelajaran yang disalurkan ke sekolah maupun Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) khususnya di daerah daerah 3T.
Menurut Denny salah satu bantuan tersebut mereka berikan di daerah Sanggau, Kalimantan Barat. Ia bilang, keberadaan sekolah non formal di daerah 3 T tersebut menjadi salah satu alternatif yang sangat diminati masyarakat, apalagi bagi para pelajar yang putus sekolah.
Baca Juga: Askrindo catat pendapatan premi senilai Rp 4,53 triliun hingga September 2019
Seorang siswa bernama Antrimo (16) misalnya, pemuda asal Kabupaten Sanggau, ini lebih memilih melanjutkan pendidikannya di PKBM Mustika, Balaikarangan.
"Saat masih tinggal di kampung, saya sekolah hanya sampai Sekolah Dasar karena tidak punya biaya untuk melanjutkan ke SMP jadi saya bantu orang tua untuk bekerja di kebun saja," Antrimo.
Dirinya sempat putus sekolah hingga tiga tahun lamanya. Akan tetapi, tetangganya memberikan informasi ada sekolah non formal yang bisa mendapatkan ijazah yang setara dengan sekolah formal dirinya serta orang tuanya pun antusias untuk mengikuti kegiatan belajar di tempat tersebut.
"Saya bercita cita menjadi tentara karena ingin mengabdi kepada negara," ujar Antrino.
Baca Juga: Wujudkan SDM unggul, Askrindo operasikan mobil pintar & beri pelatihan ke 350 guru
Ketua PKBM Mustika, Baleng Tinus (57) mengatakan, sekolah non formal lebih diminati karena usia warga yang melanjutkan pendidikan dasar 12 tahun sudah lanjut atau bukan lagi usia sekolah.
Ia mengatakan banyak warga yang putus sekolah atau tidak mengenyam pendidikan karena alasan jarak, ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang minim di wilayah tersebut.
Baca Juga: Laba Askrindo Syariah tumbuh 85,8% menjadi Rp 26,17 miliar di kuartal III 2019
Desa Balai Karangan sendiri merupakan wilayah dengan prinsip terluar, terdepan dan tertinggal (3T) Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara Kuching, Malaysia. Jarak tempuh ke Malaysia lebih dekat ketimbang ibu kota pemerintahan sendiri.
Baleng mengatakan PKBM Mustika memiliki layanan pendidikan kelas keasaraan, kelas paket A (SD), paket B (SMP) dan paket C (SMA). "Total saat ini jumlah siswa ada 500 an orang, kebanyakan siswa paket C, yang paling sedikit itu siswa paket A," kata Baleng.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News