Benarkah letusan Tangkuban Perahu tiba-tiba? Ini penjelasan pakar gunung api

Minggu, 28 Juli 2019 | 09:55 WIB Sumber: Kompas.com
Benarkah letusan Tangkuban Perahu tiba-tiba? Ini penjelasan pakar gunung api


ERUPSI GUNUNG. Gunung Tangkuban Parahu erupsi pada Jumat (26/07/2019). Letusan gunung yang terletak di Jawa Barat itu terjadi pukul 15.48 WIB. 

Erupsi tadi sore itu seolah terjadi tiba-tiba sehingga mengagetkan masyarakat. Meski begitu ahli vulkanologi Surono mencatat sejumlah hal lain. "Alam itu setiap akan ada kejadian, ada tanda-tandanya," ungkap Surono melalui sambungan telepon. 

Baca Juga: Kepala PVMBG: Tangkuban Perahu masih berstatus normal meski erupsi

"Banyak hal tanda-tanda alam yang dapat diamati, termasuk juga kalau akan ada letusan gunung api. Masyarakat bilang hewan akan turun dari puncak, kan itu semua tanda-tanda," imbuhnya. 

Menurutnya, tanda-tanda inilah yang membuat gunung api dipantau. Badan yang bertanggung jawab atas gunung api akan memantau dan mengamati bagaimana perilaku gunung agar bisa menentukan aktivitas yang terjadi. "Terakhir saya tangani 2013. Itu nggak normal juga," ujar Surono.

 "Walaupun, saya sering tidak akur dengan pengelola wisata di situ. Tapi bagi saya tidak masalah, (karena) lebih baik kita sedia payung saat langit terlihat mendung," tambahnya menganalogikan keadaan Tangkuban Parahu. 

Baca Juga: Erupsi Gunung Tangkuban Parahu kali ini lebih besar dari letusan 2013

Baginya, tanda-tanda letusan gunung itu seperti awan yang terlihat mendung. Dia mengingatkan agar masyarakat untuk selalu menyiapkan mitigasi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. 

"Lebih baik membawa payung meski tidak terjadi hujan, daripada tidak membawa payung begitu kehujanan menyalahkan orang tua atau teman tidak mengingatkan," paparnya masih menggunakan analogi mendung dan hujan. 

"Jadi, setiap gunung akan meletus, pasti ada tanda-tandanya. Mau jelas atau nggak jelas. Karena itu ada ahlinya untuk menjelaskan yang tidak jelas," tegas Surono. 

Baca Juga: Pascaerupsi, kawasan wisata Gunung Tangkuban Perahu ditutup sementara

Catatan bagi Wisata di Tangkuban Parahu Surono juga menyoroti bagaimana Tangkuban Parahu menjadi destinasi wisata andalan di Jawa Barat, bahkan di Indonesia. Dia menyayangkan, meski menjadi wisata andalan tapi mitigasi di gunung tersebut belum menjadi prioritas. 

"Tangkuban Perahu ini menjadi tujuan wisata andalan bagi Jawa Barat, bagi Indonesia juga. Ini harus ada jaminan mitigasi berjalan dengan baik," tutur Surono. 

"Sebetulnya saya tidak takut, dari yang saya alami, paling hanya letusan-letusan freatik atau yang sifatnya dominan uap air," sambungnya. 

Baca Juga: Tangkuban Parahu erupsi, Jokowi minta masyarakat waspada

Meski begitu, letusan freatik pun masih bisa membahayakan orang di sekitarnya. "Orang tidak akan mati terkena letusan freatik, kecuali kalau dekat sekali," kata Surono. "Namun demikian, wisata untuk Tangkuban Perahu itu terlalu dekat dengan titik letusan, kawah ratu," imbuhnya menyayangkan. 

Bukan perkara letusannya yang dikhawatirkan Surono akan membahayakan para wisatawan, melainkan kepanikan orang saat erupsi itu sendiri. "Andai ada letusan lalu terjadi kepanikan, orang bisa celaka bukan karena letusan gunung apinya tapi karena kepanikan itu sendiri," ujar Surono. 

"Sekarang orang lari tidak pakai kaki lagi, tapi mesin. Entah itu motor, mobil, dan sebagainya," tambahnya. Kepanikan dapat meicu orang ingin segera turun menggunakan moda tercepat. Ketika itu terjadi, hal paling buruk adalah masalah kecelakaan. 

Baca Juga: Peringatan bahaya bagi penerbangan pesawat dari erupsi Gunung Tangkuban Parahu

Hal inilah yang menjadi kekhawatiran Surono terhadap erupsi mendadak Tangkuban Parahu. "Sekarang yang bisa dipertanyakan, berapa jumlah pengelola wisata dan berapa jumlah pengunjung yang diperbolehkan," kata Surono. 

"Jadi, ini rasio jumlah pengunjung atau wisatawan yang harus diperhitungkan dengan letusan yang tiba-tiba seperti hari ini," tegasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tangkuban Parahu Meletus Tiba-Tiba, Ini Catatan dari Ahli"

Penulis : Resa Eka Ayu Sartika, Editor : Resa Eka Ayu Sartika

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Hasbi Maulana
Terbaru