Bergelar Sarjana, Tapi Memilih Menekuni Usaha Peternakan

Jumat, 01 September 2023 | 11:19 WIB   Reporter: Noverius Laoli
Bergelar Sarjana, Tapi Memilih Menekuni Usaha Peternakan

Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana (ke-2 kiri) bersama bersama M Shohifuddin, sarjana biologi yang memilih menjadi peternak kelinci dan usahanya kian berkembang setelah menjadi Penerima Manfaat Program YESS.


PETERNAKAN -  MALANG . M. Shofifuddin, seorang sarjana biologi, memilih beternak kelinci, sementara Bawon Wijono, sarjana teknik, menekuni bisnis itik petelur di Kabupaten Malang.

Keduanya merupakan peternak milenial yang mendapatkan manfaat dari Program Youth Entrepreneurship And Employment Support Services (YESS) oleh Politeknik Pertanian Negeri (Polbangtan) Malang, Jawa Timur.

Kesuksesan kedua peternak milenial ini mendapat perhatian dari Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana, dan Project Manager Pusat Pengembangan Inkubator Usaha (PPIU) Jawa Timur, Acep Hariri. Mereka mengunjungi usaha ternak di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang pada Kamis (31/8).

Baca Juga: Embrio Center Jadi Pusat Kolaborasi Agribisnis Petani Milenial Binaan PPIU Jatim

Udrayana, yang akrab disapa Uud, mengapresiasi cara Shofifuddin (Shofif) dalam mengembangkan kelinci pedaging jenis Rex, Hyla, dan Hycole. Saat ini, kelinci-kelinci tersebut terjual hingga 90 ekor per bulan dengan harga rata-rata anakan jantan seharga Rp 50.000 dan anakan betina seharga Rp 100.000 per ekor.

"Uniknya, sistem kandang dibuat untuk menampung urine kelinci, yang berguna sebagai pupuk tanaman, serta menjadi sumber penghasilan tambahan," jelas Uud dalam siaran pers.

Meski Shofif memiliki kondisi kesehatan yang memerlukan cuci darah secara rutin, semangatnya tetap tinggi. Acep Hariri mengungkapkan, "Dukungan Program YESS telah membangkitkan kepercayaan dirinya untuk berkembang melalui kolaborasi dan membangun jaringan bisnis."

Sementara Bawon, menurut Uud, adalah alumni fakultas teknik yang kini memiliki 700 ekor itik petelur dewasa. Setelah bekerja di Taiwan, ia kembali dan membantu keluarganya dalam beternak itik sambil memahami bisnis itik petelur. "Dengan pengalaman dan ketekunan, Bawon berhasil menciptakan pakan itik dari bahan-bahan sekitar seperti nasi berasak, kepala udang, mie kadaluarsa, dedak, dan konsentrat," ungkap Uud.

Baca Juga: Kemarau Panjang, Indonesia Kehilangan Potensi Panen 1,2 juta Ton Beras

Acep Hariri menambahkan bahwa produktivitas telur itik milik Bawon mencapai 80%. Ia juga berkolaborasi dengan tujuh peternak lainnya untuk memenuhi kebutuhan pakan dan jaringan pembeli.

Chusnul Fikriani, Koordinator Penyedia Layanan Pengembangan Bisnis (BDSP) Program YESS Kecamatan Dampit, menyatakan bahwa mereka terus mendampingi para petani dan peternak. 

"Intervensi Program YESS telah meningkatkan rasa percaya diri generasi milenial dalam usaha mereka, sekaligus menunjukkan kepedulian Kementerian Pertanian kepada petani muda di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru