BI Jateng sampaikan pentingnya kawasan industri dalam pertumbuhan ekonomi

Kamis, 09 Juli 2020 | 14:57 WIB   Reporter: Abdul Basith Bardan
BI Jateng sampaikan pentingnya kawasan industri dalam pertumbuhan ekonomi

ILUSTRASI. Sejumlah warga antre menukarkan uang baru dari mobil penukaran uang Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan (KPw) Tegal, di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Jongor, Tegal, Jawa Tengah, Kamis (16/5/2019). BI Tegal menyiapkan uang baru pecahan, Rp2.000,


BANK INDONESIA / BI - JAKARTA. Ekonomi dunia termasuk Indonesia mengalami tekanan akibat pandemi virus corona (Covid-19).

Hal itu juga didukung oleh Bank Indonesia Perwakilan Jawa Tengah (Jateng) mengingat pemerintah telah menetapkan kawasan industri Batang. Keberadaan kawasan industri akan membuat produksi lebih efisien.

"Ke depan kawasan industri ini yang harus dilakukan di Jateng dengan memerhatikan karakteristik Jateng," ujar Kepala Perwakilan BI Jateng Soekawardojo dalam MarkPlus Government Roundtable, Kamis (9/7).

Baca Juga: Dorong pemanfaatan transaksi digital, Bank Mandiri hadirkan kantor cabang modern

Soekawardojo menegaskan Jateng memiliki sejumlah sektor unggulan. Antara lain yang berkaitan dengan sektor kimia dan obat-obatan serta sektor tekstil dan produk tekstil.

Sektor tersebut dinilai masih dapat tumbuh melebihi 7%. Memang sektor tersebut saat ini bukan merupakan sektor utama yang berada di Jateng.

"Manufaktur Jateng pertama industri makanan dan minuman terbesar pertama, kedua industri tembakau sekitar 20% lebih, ketiga industri batu bara dan minyak, keempat tekstil dan produk dari tekstil, setelah itu baru kimia dan obat, baru kayu, kemudian furniture," terang Soekawardojo.

Sektor manufaktur memang menjadi pendorong utama ekonomi Jateng. Bahkan sektor tersebut menampung hingga 3 juta tenaga kerja.

Baca Juga: Pasarkan asuransi kendaraan, Adira Insurance gandeng Modal Rakyat

Selain kawasan industri, Jateng juga memiliki keunggulan di sektor pariwisata. Termasuk dengan masuknya Candi Borobudur sebagai salah satu destinasi pariwisata super prioritas.

"Tahun 2019 kunjungan wisman hampir 700.000 orang meski pun turun sedkit dari tahun 2018 sebanyak 900.000," jelas Soekawardojo.

Pengeluaran wisman pun mencapai US$ 1.300 per orang pada tahun 2019. Tidak hanya itu, wisatawan domestik pun memiliki potensi dengan jumlah kunjungan mencapai 55 juta dengan pengeluaran mencapai Rp 2,4 juta per orang pada tahun 2019.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru