BMKG - JAKARTA. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa fenomena El Nino nantinya berpotensi digantikan oleh La Nina.
Hal itu diketahui dari unggahan akun Instagram resmi BMKG, @infobmkg, pada Jumat (26/4/2024).
Disebutkan bahwa El Nino saat ini sedang berada di fase lemah yang akan berlangsung hingga April 2024, dan terjadi sejak Juni 2023.
Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Supari mengatakan, La Nina adalah anomali iklim yang disebabkan adanya penyimpangan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur yang mendingin atau di bawah normal.
“Selama El Nino, pola sirkulasi angin dan arus laut mengalami perubahan besar, yang kemudian bisa berbalik ketika El Nino mereda,” ujar Supari saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (27/4/2024).
Pendinginan yang berlebihan di perairan Pasifik selama fase ini, dapat memicu munculnya La Nina sebagai respons alami untuk mengembalikan sistem atmosfer ke kondisi yang lebih seimbang.
Nama La Nina sendiri diketahui diambil dari bahasa Spanyol, yang memiliki arti gadis kecil.
Baca Juga: BREAKING NEWS! Gempa Magnitudo 6,5 Mengguncang Garut, Terasa Hingga Jakarta
Dampak La Nina di Indonesia
Dikutip dari Instagram BMKG, berbeda dengan El Nino yang menyebabkan berkurangnya curah hujan dan memicu musim kemarau lebih panjang dan kering, La Nina berlaku sebaliknya.
La Nina ini diketahui memiliki dampak yang bersifat global, terutama terjadinya peningkatan curah hujan di wilayah Pasifik Barat.
Namun secara umum, fenomena ini memberikan efek pendinginan suhu Bumi secara global, meski dampaknya berbeda-beda di setiap wilayah.
Dengan begitu, fenomena ini menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi.
Di wilayah Indonesia pada periode Juni-Agustus, dampak La Nina ini berupa peningkatan curah hujan mencapai 20 persen hingga 40 persen.
Bahkan, beberapa wilayah dapat mengalami peningkatan curah hujan hingga lebih dari 50 persen.
Menurut BMKG, La Nina ini telah menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem di Indonesia yang berdampak pada terjadinya bencana banjir dan longsor.
Baca Juga: Musim Kemarau Diprediksi Mundur Mulai Mei 2024, Ini Penjelasan BMKG
Kapan terjadi La Nina?
BMKG memprakirakan, peluang terjadinya La Nina untuk menggantikan El Nino sebesar 60 persen. Sementara 40 persen lainnya, berpeluang fenomena El Nino menjadi kondisi netral, atau tidak terjadi La Nina.
Diprakirakan, potensi La Nina untuk menggantikan El Nino terjadi pada periode Juni, Juli, dan Agustus 2024.
Meski begitu, terang BMKG, kondisi netral diprediksi akan dapat bertahan setidaknya hingga Juli 2024.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "El Nino Berpotensi Digantikan La Nina, Apa Dampaknya bagi Indonesia?"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News