Cuaca Ekstrem selama Periode Nataru, Ini Wilayah dengan Potensi Siaga Menurut BMKG

Kamis, 22 Desember 2022 | 04:36 WIB   Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie
Cuaca Ekstrem selama Periode Nataru, Ini Wilayah dengan Potensi Siaga Menurut BMKG

ILUSTRASI. BMKG mengeluarkan peringatan cuaca ekstrem berdasarkan platform informasi Prakiraan Berbasis Dampak BMKG. ANTARA FOTO/Fauzan


Dwikora juga mengingatkan adanya potensi gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia pada periode 23 hingga 27 Desember 2022 yang perlu diwaspadai.

“Kategori tinggi gelombang 4,0 hingga 6,0 meter di Samudra Hindia selatan Banten, Samudra Hindia selatan Jawa Barat, Samudra Hindia selatan Jawa Tengah, Samudra Hindia selatan Jawa Timur, Samudra Hindia selatan Bali, Laut Natuna Utara, Selat Makassar bagian selatan,” ujarnya.

Kemudian gelombang dengan kategori tinggi gelombang 2,5 hingga 4,0 meter berpotensi terjadi di Perairan Aceh, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, Laut Bali, Laut Sumbawa, Laut Flores, Selat Sunda, Perairan selatan Banten, Perairan selatan Jawa, Perairan selatan Bali, Perairan selatan Lombok, Perairan selatan Sumbawa, Perairan P. Sumba, Perairan barat Sulawesi Selatan, Selat Makassar bagian utara, Perairan Halmahera, Laut Arafuru bagian barat, Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Barat, dan Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Timur.

BMKG berpesan, untuk menghadapi potensi cuaca ekstrem tersebut, pihak-pihak terkait agar segera melakukan persiapan, antara lain:

Baca Juga: Waspadai Gelombang Tinggi Mencapai 6 Meter di Natuna hingga 20 Desember

1. memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan;

2. melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif;

3. melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang;

4. menggencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian pemerintah daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung, dan gelombang tinggi); dan

5. lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antarpihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometeorologi.

“Masyarakat pengguna transportasi angkutan penyeberangan perlu meningkatkan kewaspadaan sebagai salah satu upaya adaptasi dan mitigasi kondisi tersebut,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru