Cushman & Wakefield: Rata-rata harga tanah Kabupaten Tangerang Rp 12,4 juta per m2

Jumat, 11 Juni 2021 | 08:00 WIB   Reporter: Sugeng Adji Soenarso
Cushman & Wakefield: Rata-rata harga tanah Kabupaten Tangerang Rp 12,4 juta per m2


PROPERTI - JAKARTA. Kenaikan harga tanah di pusat-pusat pertumbuhan baru sekitar Jakarta dinilai berlangsung luar biasa. Tumbuhnya fasilitas-fasilitas baru dan pembangunan infrastruktur melambungkan nilai properti di kawasan.

Ekspektasi konsumen yang terlampau tinggi juga membuat harga semakin bergerak tidak terkendali. Tangerang Selatan, Banten, adalah kawasan di luar Jakarta (debotebek) yang harga tanahnya paling mahal.

Di beberapa kota baru di Serpong, Tangsel, harga tanahnya berkisar Rp 16 juta - Rp 20 juta per m2. Contohnya di BSD City, dalam satu tahun harga tanahnya naik hampir 50%-100%.

Sinar Mas Land, pengembang BSD City, membanderol tanahnya kurang lebih sama. Kaveling lot komersial di kawasan de Park dijual Rp 17 juta - Rp 19 juta per m2. Di kawasan CBD 55 BSD City, saat ini ditawarkan kaveling seluas 5.142 m2 seharga Rp 22 juta per m2.

Baca Juga: Triniti Dinamik (TRUE) kantongi dana Rp 151,4 miliar dari IPO, ini penggunaannya

Di beberapa kota baru lain, seperti Gading Serpong dan Alam Sutera harganya juga setara. “Dari pengamatan terakhir di semester dua 2020, estimasi rata-rata harga tanah di Tangerang Selatan adalah Rp 16,2 juta per meter persegi,” ujar Lini Djafar, Managing Director Cushman and Wakefield Indonesia dalam keterangan resmi, Kamis (10/6).

Lini mengatakan, kenaikan harga lahan di kawasan Tangerang Selatan mulai dari koridor Pondok Aren-Pondok Jagung-Serpong menjadi lumrah karena kawasannya sudah ramai dan hidup.

Mudahnya akses menuju Jakarta terutama wilayah Jakarta Selatan yang menjadi kiblat lifestyle warga Ibu Kota sekaligus pusat bisnis dan perkantoran berada, membuat Tangerang Selatan diburu banyak pencari rumah tinggal.

“Selain akses, populasi dan fasilitas yang sudah ramai, penataan kawasan yang baik oleh para developer juga merefleksikan harga propertinya. Maka, cukup wajar jika harganya lebih tinggi dibandingkan area barat Jakarta lain, seperti Kabupaten Tangerang misalnya,” papar Lini.

Sejumlah kota baru di Tangerang Selatan dan Kota Tangerang menjadi fenomenal township di Indonesia lantaran banyak akses. Jalan tol terus ditambah dan diperpanjang. Konektivitas antar kawasan juga luar biasa mudah.

Namun dampaknya adalah persediaan lahan di area perimeter ibukota semakin menipis dan semakin mahal.

"Lahan kosong dengan area luas biasanya sudah dimiliki oleh developer sekitar sebagai landbank mereka, sehingga pengembangan semakin terdorong ke arah barat lepas Serpong menuju Kabupaten Tangerang,” kata Lini.

Baca Juga: Pengamat: Insentif PPN telah membawa sentimen positif bsgi pasar properti

Lini menyebut, secara lokasi Kabupaten Tangerang saat ini memiliki akses yang cukup baik menuju Jakarta melalui jalan Tol Jakarta-Merak dan kedekatan terhadap Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang menjadi bandara utama di Indonesia.

Prospek akses ke depannya, lanjutnya, juga masih baik dengan adanya konstruksi Tol Serpong-Balaraja, rencana MRT Barat-Timur dan rencana Tol Balaraja - Bandara Soekarno-Hatta.

“Saat ini, infrastruktur jalan tol yang mulai direalisasikan pengembangannya adalah ruas Tol Serpong-Balaraja, di mana sebagian dari fase pertamanya (Serpong-Legok) ditargetkan pemerintah dapat beroperasi di tahun ini. Untuk fase selanjutnya, akan selesai pada 2024 mendatang. Beberapa estate besar juga mulai memperluas pembangunan ke arah selatan kawasannya, mendekati koridor tol tersebut,” jelasnya.

Menurutnya, pasar end-user dengan segmen yang lebih rendah yaitu pembeli pertama menengah dan menengah ke bawah, disebut bakal menjadi demand yang cukup penting di area barat Tangerang.

Rumah tapak tipe satu-dua lantai dengan dua-tiga kamar tidur seharga di bawah Rp 1 miliar masih menjadi primadona di kawasan ini untuk saat ini.

Lini juga mengatakan, secara affordability harga properti di Kabupaten Tangerang masih lebih terjangkau dibandingkan daerah lainnya yang lebih dekat dengan Jakarta.

Secara kawasan, Kabupaten Tangerang juga memiliki populasi yang sudah cukup ramai, terlebih keberadaan fasilitas umum seperti area komersial, sekolah dan rumah sakit yang memadai dan banyak ditemukan di area ini.

Cushman & Wakefield Indonesia mencatat, pada pertengahan tahun lalu estimasi rata-rata harga tanah di Kabupaten Tangerang adalah Rp 12,4 juta per m2. Rinciannya koridor Kelapa Dua-Gading Serpong Rp 15,6 juta per m2, Cikupa-Sindang Jaya Rp 6,8 juta per m2. Kawasan Kosambi lebih tinggi lagi berkisar mulai Rp 19,5 juta per m2.

Baca Juga: Indonesia Property Watch: Penjualan rumah ready stock meningkat 661% selama Kuartal I

Masih Tumbuh

Optimisme sebagian besar developer membuka lahan baru untuk dijadikan pemukiman di Kabupaten Tangerang yang menghampar seluas 959,6 km2 ini karena dianggap memiliki prospek kawasan yang baik.

Populasi kawasan masih meningkat dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang selalu mengalami pertumbuhan positif setiap tahunnya di masa sebelum pandemi yaitu mencapai Rp 37,12 juta pada 2019, menunjukkan daya beli masyarakat yang meningkat.

“Bertumbuhnya penduduk dan daya beli, juga keberadaan kawasan industri di sekitar, permintaan untuk peoduk residensial masih prospektif di masa depan, baik dari pekerja kawasan industri, pekerja lokal di sektor lainnya, maupun pekerja dari Jakarta,” ujar Lini.

Pihaknya mencatat, rumah dengan harga di bawah Rp 1 miliar lebih banyak ditemukan pada bagian tengah hingga barat Tangerang Raya. Pada akhir semester dua tahun 2020, terdapat sekitar 1.300 unit rumah dengan harga di bawah Rp 1 miliar yang diluncurkan dari estate yang dipantau.

"Beberapa dari cluster tersebut juga dapat mencatat performa penjualan yang baik dengan produk yang mampu terjual habis dalam waktu satu bulan saja,” pungkas Lini.

Ia juga meyakini bahwa supply rumah dalam range harga itu masih akan berlanjut di 2021 dengan tren demand yang juga diproyeksikan akan cukup baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Yudho Winarto
Terbaru