DAMPAK EL NINO - JAKARTA. Fenomena El Nino yang melanda Indonesia diprediksi akan segera menuju netral pada Mei-Juli 2024.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati saat konferensi pers dalam jaringan (daring) pada Jumat (15/3/2024).
Terkait situasi El Nino, Kepala Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan bahwa pada periode dasarian I Mei 2024, El Nino-Southern Oscillation (ENSO) mulai beralih ke kondisi netral.
Adapun indeks yang ditunjukkan ENSO pada dasarian I Mei 2024 sebesar 0.42. Selain itu, ENSO diprediksi akan terus berada pada fase netral pada Juni hingga Juli 2024.
“ENSO diprediksi akan beralih ke fase La Nina pada Juli hingga Agustus 2024,” ungkap Sena kepada Kompas.com, Rabu (15/5/2024).
Namun, Sena menegaskan bahwa fenomena La Nina tidak terjadi di Indonesia, melainkan di Samudra Pasifik. Meskipun demikian, La Nina akan berdampak secara global dan Indonesia termasuk negara yang akan merasakan imbasnya.
Untuk kondisi La Nina pada 2024, BMKG memprediksi bahwa fenomena tersebut akan terjadi pada intensitas lemah.
“La Nina dalam intensitas lemah akan berdampak pada berakhirnya musim kemarau lebih cepat dari normalnya,” jelas Sena.
Baca Juga: BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di Jawa Tengah 11-20 Mei 2024
Penyebab El Nino terjadi hampir satu tahun penuh
Dikutip dari Harian KOMPAS, El Nino sudah terjadi di Indonesia sejak Juni 2023 dan menyebabkan kekeringan di sebagian besar wilayah Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Sena menuturkan bahwa secara alamiah, siklus El Nino memang terjadi melewati pergantian tahun.
El Nino biasanya mulai terjadi pada awal semester kedua dan berakhir pada semester pertama tahun berikutnya.
Secara historis, terdapat juga beberapa kejadian El Nino yang berlangsung dengan periode yang pendek yaitu berkisar 5-6 bulan, misalnya pada El Nino 2006/2007.
Namun, Sena menuturkan bahwa fenomena El Nino 2023/2024 memang berlangsung dalam periode yang panjang.
“Salah satu faktor yang menyebabkan El Nino 2023/2024 dapat berlangsung dalam periode yang panjang adalah karena didahului oleh fenomena La Nina berkepanjangan,” kata Sena.
Sena mengungkapkan bahwa La Nina berkepanjangan pernah terjadi di Indonesia pada 2020 hingga 2022.
Baca Juga: Gelombang Panas Sudah Tewaskan 61 Orang di Thailand Sepanjang Tahun Ini
Mengenal La Nina
Menurut buku Tanya Jawab La Nina, El Nino, dan Musim di Indonesia yang diterbitkan BMKG, La Nina merupakan kejadian anomali iklim global yang ditandai dengan keadaan suhu permukaan laut (SPL) di Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin dibandingkan suhu normalnya.
La Nina sering disebut anti-El Nino karena memiliki kondisi yang berkebalikan. Dalam bahasa Spanyol, El Nino memiliki arti anak laki-laki, sementara La Nina berarti si gadis.
Kondisi La Nina dapat berulang beberapa tahun sekali. Selain itu, fenomena ini dapat bertahan selama beberapa bulan hingga maksimal dua tahun.
Umumnya, La Nina akan didahului oleh penumpukan massa air dari bawah permukaan laut Samudra Pasifik yang lebih dingin daripada suhu normalnya.
Baik La Nina maupun El Nino, kedua fenomena ini cenderung memuncak selama periode musim dingin di belahan Bumi utara, yaitu pada Desember hingga Februari.
La Nina sebenarnya memberikan dampak beragam di wilayah Indonesia. Namun secara umum, fenomena iklim ini akan berdampak pada curah hujan bulanan dan musiman.
Indonesia tercatat pernah mengalami La Nina terkuat pada 2010 dengan curah hujan rata-rata tiga bulanan di Indonesia secara umum masuk kategori di atas rata-rata.
Pada tahun tersebut, beberapa wilayah Indonesia bahkan dilaporkan mengalami curah hujan tinggi yang ekstrem, terutama pada Maret-Mei 2010 dan September-November 2010.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News