DAMPAK VIRUS CORONA - JAKARTA. Pandemi corona (Covid-19) turut menekan perekonomian nasional, termasuk ke Provinsi Jawa Barat. Jika penanggulangan wabah corona tidak tepat, dengan jumlah penduduk 50 juta jiwa, pertumbuhan ekonomi Jabar bisa menurun tajam ke angka negatif.
Baca Juga: Sebanyak 731.781 spesimen telah dilakukan pengujian virus corona (Covid-19)
Contohnya Kota Bandung. Apabila tidak ada pelonggaran PSBB, di saat yang sama perekonomian tidak berjalan, maka pertumbuhan ibu kota Provinsi Jabar ini bisa minus atau di bawah 0%.
"Pelonggaran pelan-pelan. Mulai dari PSBB proporsional sampai pembukaan sektor yang minim dampak Covid-19. Dengan kapasitas hanya 30%. Jika tidak dimulai, ekonomi Bandung bisa -0,41% di akhir tahun," ungkap Wakil Walikota Bandung Yana Mulyana dalam acara webinar MarkPlus Government Roundtable, Kamis (25/6) lalu.
Selain Yana, acara yang bertema investasi di Jawa Barat ini menghadirkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Walikota Bogor Bima Arya.
Baca Juga: Wah, Perhutani buka 38 tempat wisata, kebanyakan berada di Bandung Utara
Prospek investasi menjadi isu krusial karena wabah corona menyebabkan investasi di Jawa Barat menurun.
Tahun lalu realisasi investasi di Bandung mencapai Rp 8,43 triliun. Adapun sejak awal tahun hingga sampai Maret 2020, investasi yang masuk baru Rp 538 miliar.
Maka tak heran apabila Walikota Bandung berharap investasi dapat digenjot dengan kembali memulai kegiatan ekonomi.
"Apalagi Bandung tidak memiliki sumber daya alam melimpah. Sektor penyangga utama seperti pariwisata, jasa, sampai perdagangan harus didorong walau ada pembatasan," tutur Yana, dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id.
Demikian pula dengan Bogor, dimana sektor andalannya mirip dengan Bandung, yakni pariwisata. Hampir 30% pendapatan daerah Bogor berasal dari sektor ini. Sebelum corona, kontribusi sektor pariwisata mencapai Rp 297 miliar.
Baca Juga: Berikut daftar 188 wilayah yang masuk zona kuning
Menurut Walikota Bogor Bima Arya, hal itu terlihat dari penurunan kontribusi pajak tiap sektor pariwisata. Pajak hotel turun 43%, restoran 29,3%, pajak hiburan turun 37,5%, hingga pajak parkir pun menurun 32,35%.
"Sekarang dengan pelonggaran kami mulai recovery lagi seperti membangun pusat kuliner. Tujuan utamanya adalah membangkitkan kembali sektor UKM sebagai penyangga pariwisata. Anggaran yang direncanakan untuk pembangunan kami fokus pada penanganan Covid-19, termasuk menghidupkan UKM," ujar Bima.
Potensi investasi Jabar, baca di halaman berikutnya >>
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan, penanganan corona di Jawa Barat sudah semaksimal mungkin. Termasuk pengadaan 627 ambulans yang menjadi mobil tes Covid-19, memproduksi PCR sendiri dari Bio Farma, hingga ventilator yang juga hasil produksi sendiri.
Baca Juga: Inilah 38 daerah yang berubah status dari zona kuning dan oranye menjadi hijau
Selain untuk menekan corona serta membuka kembali ekonomi, menyiapkan amunisi lengkap terkait penanganan Covid-19 juga penting untuk mengantisipasi gelombang kedua wabah corona.
"Covid-19 sudah jadi darurat ekonomi. Makanya sektor-sektor penyangga utama ekonomi dan sosial dibuka pelan-pelan. Rumah ibadah dulu, lalu perkantoran, pertanian yang risiko penularannya rendah. Sampai pada sektor risiko tinggi seperti pariwisata sampai nanti pendidikan. Jika tidak, pertumbuhan Jawa Barat bisa minus," ungkap Kang Emil.
Pasalnya menghidupkan lagi kegiatan ekonomi, Jawa Barat menyimpan potensi investasi menjanjikan. Emil menyebutkan Hyundai sudah berinvestasi Rp 40 triliun, perusahaan petrokimia asal Taiwan lebih dari Rp 100 triliun, hingga investasi Amazon di atas Rp 10 trilun untuk membangun data center.
Baca Juga: Meski anggaran dipangkas, pembangunan infrastruktur di Jabar tetap berjalan
Total ada sekitar 209 proyek pembangunan dalam rencana pemerintah Provinsi Jawa Barat. Mulai dari 60 proyek transportasi, 36 proyek air, sampai 21 proyek energi. Total dana yang dibutuhkan mencapai Rp 700 triliun.
Menurut Emil, sekitar 60% industri di Indonesia ada di Jawa Barat. Dengan kebutuhan dana sebesar itu, kami tidak punya. Makanya proyek-proyek ini harus dipasarkan, termasuk skemanya. Seperti contoh kereta cepat Jakarta-Bandung lewat skema public private partnership.
"Proyeknya jadi dulu, pembayarannya mencicil. Kalau semua mau berjalan, Covid-19 harus ditekan. Setidaknya jika ekonomi hidup kembali pertumbuhan Jawa Barat bisa di kisaran 2%, agar tahun depan bisa melompat 8%," kata dia.
Baca Juga: Layanan GrabBike kembali aktif di wilayah Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News