Gempa susulan masih terjadi di Banjarnegara

Senin, 23 April 2018 | 10:18 WIB   Reporter: Yudho Winarto
Gempa susulan masih terjadi di Banjarnegara

ILUSTRASI. KERUSAKAN GEMPA BANJARNEGARA


GEMPA - BANJARNEGARA. Kementerian Sosial menginstruksikan Taruna Siaga Bencana (TAGANA) dan Tim Dukungan Psikososial (TDP) Kementerian Sosial untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengutamakan perlindungan terhadap warga terkait gempa bumi susulan yang masih terus terjadi di Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. 

"Terutama perlindungan kepada kelompok rentan yakni ibu hamil, lansia, anak-anak dan penyandang disabilitas," kata Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat saat meninjau proses penanganan kebencanaan gempa bumi di Posko Pengungsi Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara.

Dirjen mengatakan sesaat setelah terjadinya gempa susulan, pengungsi memerlukan sapaan dan penguatan. Hal ini menjadi tugas tim LDP dan TAGANA Psikososial.

“Dari hasil kunjungan ke Desa Kasinoman, Desa Kertosari, Desa Plorengan dan Desa Sidakangen, saya melihat perhatian kepada kelompok rentan harus ditingkatkan. Berdasarkan hasil asesmen tim LDP, ketika ada gempa susulan anak-anak panik, ketakutan, menangis dan menjerit-jerit. Para lansia terutama ibu-ibu mengalami kecemasan di luar kewajaran dan takut masuk rumah,” terangnya.

Sementara pengungsi yang anggota keluarganya meninggal mengalami kesedihan yang mendalam, takut masuk rumah, sulit tidur dan tidak mau makan serta mengalami kebingungan.

Ditemui Dirjen Linjamsos di salah satu tempat pengungsian di desa Kasinoman,  Nenek Dakemi (90) mengaku masih belum berani pulang ke rumah. Selama lima hari ia bertahan di tenda pengungsian bersama anak, cucu dan cicitnya.

"Sebenarnya ingin pulang ke rumah. Kalau malam di tenda (pengungsi) dingin, kadang hujan juga. Mudah-mudahan ada bantuan pemerintah untuk rumah kami yang rusak," tutur Dakemi.

Seorang ibu dengan balita, Samirah (25) tak mampu menahan air matanya yang terus mengalir saat tim Kementerian Sosial menyalaminya. Sambil menggendong anak semata wayangnya Hikam (5), ia menuturkan dengan terbata-bata saat gempa ia tengah menidurkan anaknya.

"Saya di kamar bersama anak saya, nenek ada di dapur. Saya panik melihat lantai dan tempat tidur terguncang-guncang. Spontan saya bangun dan lari ke depan. Nenek jatuh di dapur dan baru bisa keluar rumah setelah gempa berhenti," tuturnya sambil terisak.

Harry mengatakan kesimpulan dari hasil asesmen menunjukkan pengungsi mengalami kesedihan yang mendalam dan merasakan trauma dan kecemasan akan kehidupan selanjutnya.

Oleh karena itu, lanjut Dirjen, pengungsi memerlukan layanan psikososial secara berkelanjutan (trauma healing, counseling, spirit of life, life review therapy, spiritual teraphy, dan play therapy) dan dalam jangka panjang diperlukan penanganan pasca trauma atau Post Trauma Stres Disorder (PTSD).

“Layanan trauma healing, konseling dan psikoterapi akan terus dilakukan hingga beberapa bulan ke depan sesuai kebutuhan meskipun masa tanggap darurat selesai,” kata Dirjen.

Seperti diketahui sejak Kamis (19/4) hingga Minggu (22/4), sebanyak 12 personel TAGANA Psikososial, 8 orang Pekerja Sosial dan 30 Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), serta 2 orang TKSK dari wilayah Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Pekalongan dan Banyumas telah melakukan intervensi LDP.

Kegiatan yang dilakukan meliputi pemberian motivasi, konseling, trauma healing, dan berdialog dengan kelompok rentan di beberapa titik pengungsian. Posko LDP Kemensos RI berada di SDN 2 Kasidengan, Desa Kasidengan, Kalibening.

“Kemudian secara bertahap akan dilakukan perluasan layanan psikososial di titik–titik pengungsian lain yang belum terjangkau. Hal ini intens dilakukan pada saat tanggap darurat, transisi darurat sampai masa pemulihan,” terangnya.

Editor: Yudho Winarto

Terbaru