Giant Sea Wall Butuh Biaya Besar, Pengamat Usulkan Reforestasi Mangrove

Rabu, 04 Januari 2023 | 20:22 WIB   Reporter: Ratih Waseso
Giant Sea Wall Butuh Biaya Besar, Pengamat Usulkan Reforestasi Mangrove

ILUSTRASI. Sejumlah anak bermain air di dekat Giant Sea Wall atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) di kawasan Muara Baru, Jakarta


JAKARTA - JAKARTA. Giant sea wall atau tanggul laut menjadi salah satu upaya pemerintah dalam menangani banjir di DKI Jakarta. Namun pembangunan giant sea wall dinilai hanya menjadi solusi jangka pendek.

Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Nirwono Joga mengatakan, untuk jangka panjang seharusnya pemerintah melakukan reforestasi mangrove di pesisir utara DKI Jakarta dan sekitarnya.

Ia mengatakan, pembangunan tanggul laut membutuhkan biaya sangat mahal. Bahkan semakin panjang pesisir yang akan dibangun giant sea wall juga akan semakin mahal dana yang dibutuhkan.

Tak hanya pembangunannya, biaya perawatan dan pemeliharaan dari keretakan/kebocoran, serta peninggian tanggul mengikuti kenaikan muka air laut, juga membutuhkan biaya yang tak murah.

Baca Juga: Libatkan Daerah Luar Jakarta, Pemerintah Matangkan Pembangunan Giant Sea Wall

"Semakin membengkak dan akan membebani APBN dan APBD ke depan, misal 10-20 tahun ke depan," kata Nirwono kepada Kontan.co.id, Rabu (4/1).

Namun, dengan jumlah dana yang sama untuk pembangunan tanggul laut menurutnya lebih murah untuk membangun hutan mangrove. Dimana semakin luas reforestasi mangrove akan semakin efektif mengatasi banjir rob.

Dalam waktu yang sama yakni 10-20 tahun ke depan, ketika pohon mangrove semakin besar dan hutan mangrove semakin lebat maka semakin efektif meredam banjir rob.

Tak hanya banjir rob, hutan mangrove juga akan mencegah abrasi pantai dan intrusi air laut, hingga menghambat terjangan tsunami secara ramah lingkungan dan berkelanjutan. Nirwono menegaskan hal tersebut tentunya tak bisa dilakukan oleh tanggul laut.

"Harus diingat bangunan tanggul semakin berumur semakin berkurang kekuatan strukturnya/efektivitasnya menurun, biaya perawatan membengkak," jelasnya.

Sementara itu dengan membangun hutan mangrove dalam jangka waktu sama 20 tahun saat semakin besar pohon mangrove dan semakin lebat hutan mangrove kemampuan ekologisnya juga turut meningkat.

Yakni dalam meredam banjir rob dan bencana ekologis, fleksibel mengikuti/meredam kenaikan muka air laut, dan biaya perawatan jauh lebih murah, pohon mangrove tumbuh alami, sehingga biaya pemeliharaannya jauh lebih murah.

Baca Juga: Proyek Anti Banjir Jakarta Mulai Digulirkan Lagi

"Kota-kota pesisir dunia justru berupaya menghindari pembangunan tanggul-tanggul raksasa karena biaya pembangunan perawatan dan pemeliharaan yang akan terus membengkak seiring dengan kenaikan muka air laut yang terus naik seiring dengan pemanasan global," ujarnya.

Ia mengatakan, memang tanggul laut jadi solusi banjir rob dengan pendekatan teknis/struktur yang cepat/instan. Namun Nirwono menegaskan, penanggulangan bencana alam lebih banyak berhasil jika diselesaikan dengan cara yang alami dan berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru