Ia memperkirakan tingginya harga cabai karena daerah penghasil sedang mengalami gagal panen akibat banjir, sehingga hanya daerah tertentu, baik di Jawa maupun Sulawesi yang tidak mengalami gagal panen.
Akibatnya, komoditas cabai menjadi barang langka yang kemudian harganya melambung tinggi.
Diperkirakan lonjakan harga yang tinggi tersebut tidak akan lama, karena Samarinda khususnya dan Kaltim umumnya, sering mengalami hal yang demikian.
Dari beberapa kali pengalaman yang lalu, paling lama melambungnya harga berlangsung selama 10 hari, setelah itu harga kembali normal.
"Saya yakin tidak ada penimbunan cabai oleh pemasok, karena daya tahan cabai hanya lima hari, setelah itu tidak segar lagi. Jadi, ini terjadi mungkin karena faktor cuaca yang mempengaruhi keterlambatan pengiriman atau bisa juga karena daerah penghasil cabai sedang gagal panen," ujar Yunus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News