Jakarta jadi episentrum Covid-19, tata ruang kota faktor penting penyebaran

Selasa, 23 Juni 2020 | 16:54 WIB   Reporter: Ridwan Nanda Mulyana
Jakarta jadi episentrum Covid-19, tata ruang kota faktor penting penyebaran

ILUSTRASI. JALUR SEPEDA - Penguna sepeda melintas di jalur sepada di Jalan Sudirman, Setiabudi, Jakarta Selatan Jumat,(19/6/2020). Jalur sepeda yang mengunakan jalur lambat jalan protokol yang bukan trotoar ini di jaga petugas Dishub pagi pukul 05.30-08.00 dan sore


Ada daerah-daerah yang memiliki rasio ruang terbuka besar, namun penduduknya sedikit. Namun banyak daerah yang sebaliknya. Bagi yang memiliki rasio ruang terbuka besar tapi populasi rendah, isolasi mandiri dimungkinkan sehingga rantai penyebaran bisa lebih cepat terputus.

"Namun tidak demikian untuk yang kepadatan penduduk tinggi. Rumah mereka selain kecil, ruang terbuka untuk bisa olahraga dan berjemur pun minim," sebutnya.

Oleh sebab itu, pemerintah provinsi tetap diminta menjadikan penataan tata ruang kota sebagai program prioritas. Gugun Muhammad menyatakan, pemprov mesti meningkatkan partisipasi warga dalam penyusunan rencana tata ruang.

Dia pun meminta ada suatu badan otoritas yang khusus mengelola dan menangani perbaikan kampung, juga anggaran yang dapat diakses untuk perbaikan rumah. "Juga alihkan orientasi beautifikasi dari Thamrin-Sudirman ke wilayah-wilayah baru yang membutuhkan," pinta Gugun.

Sementara menurut Nirwono Joga, ada tiga kata kunci yang mesti menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat untuk segera membangun tata ruang Jakarta pasca Covid-19. Ketiga kata kunci itu adalah: sehat, aman dan produktif.

Baca Juga: Pengamat: Pemerintah perlu fokus jalankan pemulihan ekonomi untuk hindari resesi

Nirwono pun tetap menyoroti program-program yang harus terus berjalan, seperti penanganan banjir, normalisasi atau naturalisasi sungai, relakasi pemukiman bantaran kali, revitalisasi situ-danau-embung dan saluran air, penambahan daerah resapan, ruang terbuka hijau baru, juga penguraian kemacetan lalu lintas serta penataan transportasi massal.

Untuk yang poin terakhir, Nirwono menekankan soal polusi udara yang sempat turun selama masa PSBB. "Saat itu langit Jakarta sempat biru cerah. Sekarang sudah kelabu kembali," katanya.

Masih terkait dengan kemacetan, polusi udara dan produktivitas, Nirwono menyarankan agar perkantoran maupun perusahaan bisa membagi tugas karyawan mana yang dikerjakan dari rumah dan yang di kantor.

"Dengan demikian tidak perlu semua pekerja harus berangkat kerja ke kantor. Setidaknya bisa 50% diterapkan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru