DKI JAKARTA - JAKARTA. Tata ruang kota menjadi faktor penting dalam pembangunan suatu wilayah. Apalagi bagi kota yang padat seperti Jakarta, yang baru saja merayakan ulang tahun ke-493, Senin (22/6) kemarin.
Sayangnya, ulang tahun Jakarta kali ini dirayakan dengan muram. Sebab tak hanya menjadi ibu kota negara, Jakarta kini juga menjadi episentrum penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Menurut Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Nirwono Joga, penyebaran wabah termasuk Covid-19 tak hanya menjadi persoalan kesehatan, tapi juga lingkungan. Pasalnya, tata ruang dan lingkungan sangat berperan terhadap tingkat penyebaran maupun penanganan Covid-19.
Banyaknya pemukiman padat menjadikan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sulit dilakukan secara optimal. Dengan keterbatasan ruang atau lahan yang sempit, hampir mustahil menerapkan jaga jarak fisik secara ideal, begitu juga jika harus menerapkan isolasi mandiri.
Baca Juga: Ridwan Saidi: Perhatikan pembangunan Jakarta saat ini, masih banyak yang terbengkalai
Apalagi diperparah dengan kondisi rumah dan lingkungan yang tidak sehat. "Permukiman padat merupakan salah satu klaster yang rentan penyebaran covid-19," kata Nirwono saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (23/6).
Hal senada juga disampaikan oleh Koordinator Advokasi Urban Poor Consortium (UPC) Gugun Muhammad. Menurutnya, dengan kondisi tata ruang kota Jakarta yang ada saat ini, kebijakan PSBB malah bisa diskriminatif dan bias kelas. Apalagi jika ditambah dengan faktor ekonomi.
Gugun berpandangan, seharusnya pemerintah berani melakukan karantina kampung, dan warga yang dikarantina mendapatkan bantuan tunai. "Sedangkan masa new normal mesti dipahami tidak saja mencegah penularan, tapi juga sebagai tata kehidupan yang lebih adil," sebutnya.
Lebih lanjut, Direktur Eksekutif Rujak Center of Urban Studies Elisa Sutanudjaja menilai bahwa tata ruang dan kepadatan memang menjadi isu yang penting. Menurutnya, penyebaran Covid-19 menunjukkan pembagian ruang di Jakarta yang tidak adil.