BANJIR JAKARTA - JAKARTA. Menjelang akhir jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta, sebagian warga DKI Jakarta kembali merasakan terpaan banjir yang menyebabkan korban jiwa.
Hingga Kamis (6/10) Malam sebanyak 3 orang dilaporkan meninggal dunia akibat tertimpa tembok yang runtuh di MTsN 19 Jakarta.
Meskipun banjir Jakarta menelan korban jiwa, Pemprov DKI Jakarta menyatakan telah melakukan berbagai inovasi dan terobosan untuk mengendalikan banjir Jakarta dalam lima tahun terakhir.
Baca Juga: Lima RT di Jakarta Terendam Banjir, Tiga Korban Dilaporkan Meninggal Dunia
Program pengendalian banjir Jakarta ini mulai dari pembangunan infrastruktur hingga terobosan penguatan kolaborasi antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Pemprov DKI Jakarta mengklaim telah mengimplikasikan pendekatan berbasis alam dengan membangun tiga Ruang Limpah Sungai (RLS) atau istilah lain yang digunakan untuk pembangunan setu atau embung.
Tiga Ruang Limpah Sungai (RLS), meliputi pertama RLS Lebak Bulus; Kedua RLS Brigif; Ketiga, RLS Pondok Ranggon
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan saat meresmikan RLS Brigif, Jakarta Selatan, Kamis (6/10) menyebut selama ini pembangunan kerap memberikan dampak kerusakan lingkungan, DKI mengklaim telah menggunakan pendekatan pembangunan yang lebih ramah lingkungan.
Sebagai upaya pengendalian banjir Jakarta, Anies menjelaskan salah satu pendekatan yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta yakni menggunakan nature base solution.
RLS merupakan salah satu project pertama di Indonesia berbasis alam yang menangani limpahan air sungai agar dapat mengurangi beban aliran sungai di kawasan hilir atau saat dialirkan ke laut.
Baca Juga: Tembok Roboh Akibat Banjir Jakarta Kamis (6/10), Dua Orang Meninggal Dunia
"Alhamdulillah air yang berlimpah disiapkan tempat untuk menampungnya. Jadi, kita punya pendekatan baru, di mana kita sediakan ruang parkir air sementara saat air sungai berlimpah, guna mengurangi beban di kawasan hilir sungai," kata Anies.
Menurut Anies RLS selain berfungsi dalam pengendalian banjir Jakarta, juga memiliki fungsi sebagai Ruang Terbuka Biru (RTB) yang harapannya akan mengembalikan ekosistem sempadan sungai seperti sedia kala sekaligus menjadi ruang ketiga yakni tempat interaksi dan berkegiatan antarwarga.
"Nature base solution ini juga memanfaatkan infrastuktur biru dan hijau, di mana warga nantinya bisa berkegiatan di tempat ini, dan Ruang Limpah Sungai ini adalah upaya mengembalikan ekosistem sempadan sungai yaitu menahan air pada saat terjadi limpahan, tapi juga menjadi ekosistem sungai yang hidup. Sehingga, kita berharap akan muncul kembali hewan air, tanaman rindang, dan burung yang berdatangan dan menjadi ekosistem yang sehat," ungkap Anies.
Sementara itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, Yusmada Faizal, menyebut pembangunan RLS ini juga sebagai wujud program naturalisasi sungai dan bagian dari 942 project (9 polder, 4 retensi air, dan 2 peningkatan kapasitas sungai).
Baca Juga: Hujan Deras Sebabkan Banjir Jakarta, Jalan TB Simatupang Tidak Bisa Dilalui Kendaraan
Pelaksanaan pembangunan RLS berlangsung selama 15 bulan sejak 3 November 2021 dan akan selesai Desember 2022.
Berikut ini perincian pembangunan RLS
- RLS Pondok Ranggon
- Volume Tampungan RLS: ±890.000 m3
- Mereduksi Debit Banjir Kali Sunter
- Ruang Limpah Sungai Pondok Ranggon berfungsi sebagai tampungan sementara untuk mengurangi debit puncak Kali Sunter saat terjadi hujan ekstrem dan mengurangi dampak genangan di daerah hilir (sistem aliran Kali Sunter), terutama di wilayah Kelurahan Pondok Bambu, Kelurahan Cipinang Muara, Kelurahan Cipinang Melayu, Kelurahan Lubang Buaya, dan Kelurahan Setu.
- RLS Lebak Bulus
- Volume Tampungan RLS: ±44.000 m3
- Mereduksi Debit Banjir Kali Grogol
- Ruang Limpah Sungai Lebak Bulus akan mereduksi luapan sungai di Daerah Aliran Kali Grogol, karena berfungsi untuk menjadi tampungan sementara saat terjadi hujan ekstrem dan mengurangi dampak genangan di daerah hilir Kali Grogol, seperti Palmerah dan Kebayoran.
- RLS Brigif
- Volume Tampungan RLS: ±256.000 m3
- Mereduksi Debit Banjir Kali Krukut
- Ruang Limpah Sungai Brigif akan mereduksi luapan sungai di Daerah Aliran Kali Krukut, karena berfungsi untuk menjadi tampungan sementara saat terjadi hujan ekstrem dan mengurangi dampak genangan di daerah hilir Kali Krukut seperti Petogongan, Kemang, Cilandak, dan Ciganjur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News