KETAHANAN PANGAN - TANGERANG. Ketersediaan dan harga 12 pangan pokok di Tangerang Raya, Provinsi Banten untuk Ramadan dan menjelang Idul Fitri 1443 H (2022) tergolong memadai dan terjangkau. Kabar tersebut dari hasil inspeksi mendadak (Sidak) Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang, Sabtu (9/4).
Penanggung Jawab (PJ) Provinsi Banten, Siti Munifah mengawali sidak di Pasar Serpong, Kota Tangerang, Sabtu pagi, bersama Kepala Dinas Pertanian Pemprov Banten, Agus Tauhid dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pemkot Tangerang Selatan (Tangsel) Yepi Suherman.
"Tujuan Sidak melihat validasi dan aktualisasi data di lapangan, karena biasanya Ramadan dan menjelang Lebaran terjadi dinamika harga tapi ketersediaan yang paling penting. Pagi ini kita memantau Pasar Serpong di Tangsel lalu ke Pasar Kelapa Dua di Kabupaten Tangerang," kata Siti Munifah yang juga menjabat Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan dalam keterangannya.
Kadistan Agus Tauhid memaparkan Perkembangan Harga Pangan Strategis Provinsi Banten per 1 April 2022 dari delapan kabupaten. Harga rata-rata per kg untuk beras premium di kisaran Rp11.600; beras medium Rp 10.181; kedelai biji kering Rp 13.900; bawang merah Rp31.975; bawang putih (bonggol) Rp 30.062; cabai merah keriting Rp 45.275; cabai rawit merah Rp 55.006; daging sapi murni Rp134.418; daging ayam ras Rp 39.606; gula pasir lokal/curah Rp15.450; dan minyak goreng Rp23.375 per liter.
Baca Juga: Ramadan dan Idul Fitri, Kementan Kawal dan Monitoring Pangan Banten
"Sampai saat ini harga minyak goreng tetap seksi, itu pun menjadi dilematis bagi Pemprov Banten, karena satu-satunya provinsi di Jawa yang memiliki perkebunan sawit rakyat dan swasta hanya di Banten," kata Agus.
Harga tertinggi dari harga rata-rata per kilogram, katanya lagi, harga beras premium tertinggi di Kota Serang hingga Rp12.800; beras medium Rp11.000 (Kabupaten Tangerang); kedelai biji kering Rp 14.750 (Lebak); bawang merah Rp37.300 (Kota Serang); bawang putih (bonggol) Rp 33.000 (Kota Serang); cabai merah keriting Rp 56.000 (Kota Serang); cabai rawit merah Rp 150.000 (Lebak); daging sapi murni Rp150.000 (Lebak); daging ayam ras Rp50.000 (Tangerang); gula pasir lokal/curah Rp25.000 (Pandeglang]; minyak goreng Rp25.000 di Lebak dan Tangerang.
Kepala Pasar Serpong, Abdul Kholik mengatakan sampai saat ini, 12 pangan pokok tergolong cukup dan harganya terjangkau konsumen, cuma minyak goreng kemasan harganya masih tinggi tapi tidak lagi terjadi antrean.
Guna mengantisipasi fluktuasi harga dan ketersediaan pangan, katanya, pedagang didorong mengembangkan network dengan sesama pedagang maupun petani selaku pemasok hasil produksi pertanian.
Baca Juga: Ini Kata Apkasindo Soal Kelapa Sawit Tidak Dapat Alokasi Pupuk Subsidi
"Kami agak khawatir dengan harga subsidi, karena biasanya diikuti panic buying, tapi bisa diatasi oleh jaringan pedagang dan kerjasama dengan petani, jadi bahan pangan di sini selalu di atas kebutuhan konsumen," katanya.
Siti Munifah mengapresiasi kiat Abdul Kholik, karena memang semestinya, petani pemasok maupun pedagang menjalin komunikasi dan koordinasi. Artinya, ketika stok pangan tertentu minus maka pedagang di pasar lain yang sedang surplus bisa segera mendistribusikan, sehingga pedagang maupun petani tetap untung.
Publikasi Media
Dia menambahkan selaku PJ Kementan untuk Banten, memang ditugaskan oleh Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo untuk mengawal dan mendampingi pemerintah daerah mengambil langkah segera untuk mengantisipasi ketersediaan dan gejolak harga. Mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No 251/2022.
"Bukan cuma memantau, Mentan Syahrul instruksikan tiap PJ memberitakan kegiatan pemantauan dan koordinasi dengan pemerintah daerah. Jangan lebih cepat media datang ke pasar, tanpa didampingi otoritas terkait di wilayah tersebut," kata Siti Munifah.
Kita apresiasi perhatiannya pada kepentingan petani, pedagang dan konsumen, katanya lagi, namun dampak dari media lebih dahsyat begitu diketahui konsumen tanpa adanya keterangan dari otoritas terkait.
PJ Banten juga mengapresiasi kehadiran penyuluh Banten pada kegiatan perdagangan, seperti arahan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, selain di lapangan bersama petani, kehadirannya di pasar tradisional juga berdampak positif menyebarkan informasi minus dan surplus suplai bahan pangan, sehingga bisa diantisipasi segera atas dukungan penyuluh.
"Dengan hormat, saya sampaikan salam dari Kabadan Dedi Nursyamsi agar penyuluh terus mendampingi petani di lapangan. Pertanian tidak boleh delay apalagi stop, karena menyangkut hajat hidup orang banyak sebagai kebutuhan pokok, yang harus selalu tersedia," katanya.
Baca Juga: Melirik Potensi Sagu sebagai Sumber Pangan Nasional untuk Diversifikasi
Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi, kata Siti Munifah, mengingatkan bahwa Banten adalah penyangga kebutuhan pangan Jabodetabek, isu sensitif terkait ketersediaan dan harga pangan di wilayah penyangga akan berdampak ke seluruh Indonesia. "Parameter stok dan harga pangan adalah Jabodetabek, kalau Jakarta dan sekitarnya aman terkendali, maka NKRI aman," katanya.
Sejumlah pejabat terkait dan penyuluh Banten hadir mendampingi kegiatan sidak tersebut, begitu pula PJ Banten yang didampingi sejumlah pejabat Sekretariat BPPSDMP Kementan.
Tampak hadir Kabag Umum, Purnadi; Koordinator Perencanaan, Dewi Darmayanti; Koordinator Keuangan, Nina Murdiana; Koordinator Hukum, Organisasi dan Kepegawaian, Eko Budi; Koordinator Evalap, Septalina Pradini. Sejumlah Subkoordinator pun hadir di antaranya Subkoord Evaluasi, Revo Agri Muis; Subkoord Program, Erwin Pratama; Subkoord Akuntansi dan Verifikasi, Khairul Rizal; dan Subkoordinator Kepegawaian, Suhanda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News