Konservasi & Kemandirian Desa, Petani Kaliuda Panen 6 Ton Bibit Rumput Laut Unggul

Kamis, 30 Oktober 2025 | 05:05 WIB
Konservasi & Kemandirian Desa, Petani Kaliuda Panen 6 Ton Bibit Rumput Laut Unggul

ILUSTRASI. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) melalui Agree sebagai platform agrobisnis yang berada di bawah payung Leap-Telkom Digital (Leap), berupaya mendigitalisasikan para pelaku budi daya rumput laut di NTT.


Reporter: Adi Wikanto  | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Sumba Timur. Petani Desa Kaliuda, Sumba Timur, berhasil panen 6 ton bibit rumput laut unggul hasil kolaborasi Konservasi Indonesia (KI), BUMDes, Dinas Perikanan, dan Universitas Mataram. Inisiatif yang mampu mendorong kemandirian desa dan menjaga ekosistem laut berkelanjutan layak dikembangkan di daerah lain.

Setelah bertahun-tahun menghadapi penurunan kualitas bibit, petani rumput laut Desa Kaliuda kini menikmati hasil dari kolaborasi lintas pihak yang menghadirkan panen 6 ton bibit unggul.

Program yang digagas Konservasi Indonesia (KI) bersama BUMDes Manandang Kaliuda, Dinas Perikanan Kabupaten Sumba Timur, dan Universitas Mataram ini menandai tonggak baru kemandirian ekonomi pesisir di Nusa Tenggara Timur.

Baca Juga: Ini Usulan Tarif Baru Transjakarta Menurut Gubernur Pramono, Bandingkan Tarif Aslinya

Sejak awal 2025, Konservasi Indonesia melalui program TeKSI (Teknologi, Konservasi, dan Inovasi) mengembangkan kebun bibit di hamparan Lendunga. Sebanyak 80 kg bibit unggul didatangkan dari Lombok dan berhasil dikembangkan menjadi 1,8 ton bibit sehat, mencakup empat strain:

  • Kappaphycus striatus (Sacol)
  • Kappaphycus striatus (Payaka)
  • Cottoni Lokal
  • SP1 (dalam proses identifikasi)

Perawatan berbasis sains meningkatkan produktivitas hingga 6 ton bibit unggul pada panen keempat tahun ini. “Biasanya kami hanya ikat 500 kilogram, sekarang bisa enam ton. Dulu kesulitan bibit, sekarang bisa menjual,” ujar Christiani Valentine Salean, Ketua BUMDes Manandang.

Bibit unggul yang dihasilkan kini tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal tetapi juga dijual ke desa tetangga, menjadikan BUMDes sebagai pusat ekonomi baru. Hasil penjualan digunakan untuk memperluas rumah ikat dan memperkuat kapasitas petani muda.

Tonton: Pemprov DKI Akan Naikkan Tarif Transjakarta!

Kolaborasi dan Dukungan Ilmiah

Fitri Hasibuan, Vice President Program Konservasi Indonesia, menjelaskan keberhasilan ini merupakan hasil kerja sama multipihak dengan dukungan Global Fund for Coral Reefs (GFCR). “Pengembangan bibit unggul tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga menjaga ekosistem pesisir yang sehat,” katanya.

Selain itu, kolaborasi dengan Universitas Mataram memperkuat riset genetik dan teknik pembibitan, memastikan bibit yang dihasilkan lebih adaptif terhadap perubahan iklim laut.

Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Sumba Timur, Markus Windi, menilai model BUMDes Manandang bisa menjadi contoh nasional. “Usaha pembibitan ini bukan hanya ekonomi, tapi juga menjaga laut kita tetap hidup,” ujarnya.

Pemerintah daerah berencana memperluas model serupa ke tiga desa pesisir lain di Sumba Timur mulai 2026.

Program pembibitan rumput laut di Desa Kaliuda menunjukkan bahwa ekonomi biru (blue economy) dapat berjalan berdampingan dengan konservasi laut. Melalui ilmu pengetahuan, kemitraan, dan kemandirian desa, masyarakat pesisir kini memiliki peluang baru untuk tumbuh secara berkelanjutan — dari laut untuk kehidupan.

Selanjutnya: The Fed Pangkas Suku Bunga, Powell Isyaratkan Bisa Jadi yang Terakhir di 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Tag

Terbaru