Kuartal II-2022, Pertumbuhan Ekonomi Jateng Lampaui Pertumbuhan Nasional

Selasa, 09 Agustus 2022 | 21:05 WIB   Reporter: Bidara Pink
Kuartal II-2022, Pertumbuhan Ekonomi Jateng Lampaui Pertumbuhan Nasional

ILUSTRASI. Presiden Joko Widodo bersama Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menghadiri acara syukuran hasil bumi Gerakan Masyarakat (Gema) Perhutanan Sosial yang digelar di Lapangan Omah Tani, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Rabu, 8 Juni 2022.


MAKROEKONOMI -  JAKARTA. Pemulihan ekonomi Jawa Tengah makin terlihat pada kuartal II-2022. Jawa Tengah berhasil tumbuh 5,66% year on year (yoy) pada periode April 2022 hingga Juni 2022, atau lebih tinggi dari pertumbuhan pada kuartal sebelumnya yang sebesar 5,12% yoy. Bahkan, ini melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,44% yoy. 

Direktur Eksekutif, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwi Saputra, mengatakan, sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah berasal dari konsumsi rumah tangga dan net ekspor.

“Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan ekspor luar negeri merupakan sumber pertumbuhan ekonomi di kuartal-II 2022, sementara konsumsi pemerintah dan investasi masih terkontraksi,” tulis Rahmat dalam keterangannya, Selasa (9/8).

Ia memerinci, Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 6,14% yoy dan memberikan andil sebesar 3,62%. Perbaikan konsumsi rumah tangga seiring dengan peningkatan konsumsi pada periode bulan puasa dan Idul Fitri, liburan sekolah, dan peningkatan mobilitas masyarakat pasca pelonggaran PPKM. 

Baca Juga: Bank BJB Tandatangani PKS Penyertaan Modal KUB Rp 100 Miliar ke Bank Bengkulu

Selain itu, sejumlah kebijakan Pemerintah dan BI seperti relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), loan to value (LTV) properti dan kendaraan bermotor, serta Insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), juga turut menjaga perbaikan konsumsi.

Ekspor luar negeri tercatat tumbuh sebesar 35,01% yoy, didorong oleh peningkatan ekspor migas sebesar 136,05% yoy. Sementara itu, ekspor non migas Jawa Tengah tumbuh sebesar 22,94% yoy, lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang berhasil mencatat pertumbuhan sebesar 30,37% yoy.

Penurunan angka pertumbuhan ekspor non migas disebabkan oleh penurunan ekspor produk kayu dan furnitur akibat kendala sertifikat ecolabel Forest Stewardship Council (FSC), dan penurunan permintaan negara mitra dagang terutama Amerika Serikat. 

Sementara itu, impor luar negeri Jawa Tengah melambat. Terpantau impor tumbuh 9,00% yoy, setelah pada kuartal sebelumnya berhasil tumbuh 14,69% yoy, terutama pada impor bahan baku dan barang konsumsi.

Selanjutnya, konsumsi pemerintah masih mengalami penurunan 3,55% yoy. Bahkan, penurunannya lebih dalam dari kuartal sebelumnya yang sebesar 1,16% yoy. 

Hal tersebut disebabkan oleh penurunan belanja barang dan jasa sebagai dampak penyesuaian kontrak pengadaan barang dan jasa akibat kenaikan PPN 11%, serta keterbatasan ketersediaan barang pada e-catalog. 

Baca Juga: Ini BPD dengan Laba Terbesar di Indonesia

Kinerja investasi juga menurun 0,66% lebih dalam dibanding penurunan pada kuartal sebelumnya yang sebesar 0,24% yoy. 

Dari sisi domestik, kontraksi investasi disebabkan oleh penundaan penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) diantaranya akibat perubahan desain, serta penerbitan izin Persetujuan Bangunan Gedung (PBG). 

Sementara dari sisi eksternal, investor cenderung berhati-hati, atau wait and see, akibat ketidakpastian kondisi global paska normalisasi suku bunga kebijakan bank sentral Amerika Serikat.

Ke depan, pemulihan ekonomi Jawa Tengah diyakini terus berlanjut didukung oleh pengendalian Covid-19 dan peningkatan mobilitas masyarakat. 

Namun demikian perbaikan ekonomi diperkirakan tidak sekuat proyeksi sebelumnya, disebabkan ekspor yang masih tertahan, kenaikan harga energi dan pangan global, serta proteksionisme ekspor beberapa negara produsen pangan dan pupuk. 

Baca Juga: Sudah Dibuka, Ini Jalur dan Syarat Daftar PPDB Jateng 2022 Jenjang SMA dan SMK

Sejalan dengan moderasi perekonomian global tersebut, permintaan eksternal diperkirakan lebih rendah sehingga sumber pemulihan perekonomian lebih ditopang oleh permintaan domestik. 

Rahmat berharap, prospek Jawa Tengah yang memiliki kawasan industri terpadu diharapkan mampu menarik investor dalam merelokasi industri maupun investasi teknologi terkini. 

Selanjutnya, peran stimulus fiskal dan realisasi program pemerintah akan berkontribusi positif sebagai penyangga pemulihan ekonomi. 

“Untuk melanjutkan tren pemulihan ekonomi Jawa Tengah yang berkesinambungan, diperlukan langkah nyata dan sinergi kebijakan dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi tetap kondusif,” tandas Rahmat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru