Peristiwa

NTB Catat Angka Pernikahan Dini Tertinggi, Edukasi Menjadi Penting

Rabu, 10 September 2025 | 19:43 WIB
NTB Catat Angka Pernikahan Dini Tertinggi, Edukasi Menjadi Penting

PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) menggelar kegiatan Sosialisasi Pencegahan Pernikahan Usia Anak di Pojok Literasi Askrindo, Desa Mertak, Lombok, Nusa Tenggara Barat.


Reporter: Noverius Laoli  | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) masih mencatat angka pernikahan dini tertinggi di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2025 menunjukkan, sebanyak 14,96% perempuan usia 20–24 tahun di provinsi ini sudah menikah sebelum menginjak usia 18 tahun.

Angka tersebut menjadi perhatian serius, mengingat pernikahan usia anak membawa dampak panjang terhadap pendidikan, kesehatan, hingga kondisi sosial dan ekonomi. 

Direktur Utama PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), M Fankar Umran, menegaskan bahwa praktik ini menutup kesempatan anak untuk berkembang.

Baca Juga: Provinsi dengan Angka Pernikahan Dini Tertinggi di Indonesia

Ia bilang, anak yang menikah terlalu muda cenderung putus sekolah dan tidak memiliki kesempatan mengeyam pendidikan. Dari sisi kesehatan, risiko komplikasi kehamilan meningkat, begitu juga kerentanan kesehatan mental akibat tekanan psikologis. 

"Selain itu, pernikahan dini memperbesar peluang terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, eksploitasi, dan lingkaran kemiskinan yang sulit terputus,” ujar Fankar dalam keterangannya, Rabu (10/9/2025).

Melihat kondisi tersebut, Askrindo, anggota Holding Asuransi dan Penjaminan Indonesia Financial Group (IFG)—menginisiasi program Parenting dan Edukasi Pencegahan Pernikahan Usia Anak. 

Kegiatan ini digelar di Pojok Literasi Askrindo, Desa Mertak, Lombok Tengah, dengan menggandeng PAUD Inspirasi Indonesia serta Komnas Perlindungan Anak.

Baca Juga: 12 Cara Menurunkan Angka Kolesterol yang Tinggi secara Alami

Program ini terbagi dalam beberapa sesi, mulai dari edukasi bagi anak, pembekalan parenting untuk orang tua dan guru PAUD, hingga dialog bersama Komnas Perlindungan Anak. 

“Sesi ini penting untuk menanamkan pemahaman tentang pentingnya pendidikan dan bahaya pernikahan usia anak, sehingga mereka termotivasi melanjutkan sekolah serta mampu menolak tekanan lingkungan,” jelas Fankar.

Acara yang berfokus pada isu parenting ini dihadiri para orang tua, guru PAUD/TK, tokoh masyarakat, tokoh adat, pelajar, mahasiswa, serta Rugun Hutapea, Subkoordinator Asisten Deputi Bidang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Kementerian BUMN. 

Rugun menyampaikan apresiasi atas konsistensi Askrindo dalam mendukung keberlanjutan program yang sejalan dengan komitmen menyongsong Generasi Emas Indonesia.

Baca Juga: BPS Mencatat Angka Kemiskinan di Perkotaan Naik Jadi 6,73% per Maret 2025

Upaya ini juga selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs), di antaranya kehidupan sehat, pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, serta penguatan kelembagaan. 

Dengan kolaborasi lintas sektor, program ini diharapkan mampu membangun kesadaran kolektif masyarakat Lombok Tengah dalam mencegah praktik pernikahan usia anak secara berkelanjutan.

Selanjutnya: Rahayu Saraswati Mundur dari DPR RI

Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (11/9) di Jabodetabek, Hujan Sangat Lebat di Jakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Terbaru