JAKARTA. Pemprov DKI Jakarta melalui PT Transjakarta berencana melakukan pengadaan kereta rel listrik (KRL) bernama kereta Transjakarta untuk memenuhi kebutuhan transportasi massal di Ibu Kota.
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengatakan, rencana pengadaan kereta Transjakarta itu bermula dari ide Gubernur non-aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang ingin mengembangkan perusahaan transportasi PT Transjakarta.
Ahok menyampaikan, dia ingin meningkatkan transportasiTransjakarta mulai dari prasarana hingga moda transportasi. Dari ide itu, Sumarsono akhirnya berdiskusi dengan Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Dalam diskusi tersebut, Rini dan Budi mengatakan bahwa di DKI Jakarta masih kekurangan moda transportasi massal meski pemerintah tengah membangun mass rapid transit ( MRT) dan light rail transit ( LRT). Berdasarkan hasil diskusi, tercetuslah ide agar Pemprov DKI melalui PT Transjakarta melakukan pengadaan KRL, dan rencana awalnya ada lima set kereta yang akan dibeli.
Satu set kereta membutuhkan anggaran sekitar Rp 75 miliar, sehingga butuh anggaran sekitar Rp 375 miliar untuk membeli 5 set kereta tersebut.
Sumarsono yakin pengadaan kereta Transjakarta tidak akan merugikan Pemprov DKI. Keyakinan itu didasari bahwa dalam jangka panjang moda transportasi di Jakarta akan beralih ke moda transportasi massal tanpa hambatan seperti KRL.
Artinya kebutuhan masyarakat untuk menggunakan moda transportasi massal jenis kereta akan semakin besar. "Menurut Transjakarta perhitungannya masuk," ujar Sumarsono di Jakarta Pusat, Selasa (11/4).
Direktur Utama PT Transjakarta Budi Kaliwono bilang, akan berkomunikasi lebih lanjut dengan PT KAI untuk mempelajari konsep kerja sama kereta Transjakarta itu.
Budi belum tahu bagaimana bentuk kerja sama yang akan dilakukan, tapi kemungkinan kereta Transjakarta untuk mendukung rute kereta bandara. Spesifikasi kereta Transjakarta akan mengikuti ketentuan dari PT KAI.
"Apakah bentuk kerja samanya nanti kami sebagai operator atau kami investasi atau bagaimana? Karena sebagai sama-sama PT, kita kan harus ada hitungan nih, enggak bisa main sembarangan," ujar Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News