Peristiwa

Pentingnya Analisis Data dalam Mengurangi Susut dan Sisa Pangan (SSP)

Kamis, 06 Februari 2025 | 22:07 WIB   Reporter: Noverius Laoli
Pentingnya Analisis Data dalam Mengurangi Susut dan Sisa Pangan (SSP)

ILUSTRASI. Bahan sisa makanan. Pentingnya pendekatan Target-Measure-Act (TMA) sebagai langkah sistematis dalam mengurangi susut dan sisa pangan (SSP).


MAKANAN & MINUMAN -  JAKARTA. Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) menggelar Workshop GRASP 2030: Target-Measure-Act untuk memperkuat pemahaman dan keterampilan pelaku usaha dalam mengukur serta mengurangi susut dan sisa pangan (SSP).

Workshop ini dihadiri perwakilan signatories GRASP 2030, anggota Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), serta perwakilan pemerintah di Jakarta.

Executive Director IBCSD, Indah Budiani, menekankan pentingnya pendekatan Target-Measure-Act (TMA) sebagai langkah sistematis dalam mengurangi SSP. 

Baca Juga: Uni Eropa Ingatkan Program Makan Siang Gratis Tak Menambah Timbunan Sampah Makanan

Melalui metode ini, perusahaan dapat menetapkan target yang jelas, melakukan pengukuran yang akurat, serta merancang aksi konkret dalam rantai pasok mereka.

"Workshop ini mencakup sesi diskusi dan praktik yang membekali peserta dengan pemahaman teknis terkait pengumpulan serta analisis data SSP," ujarnya dalam keterangannya, Kamis (6/2). 

Peserta diperkenalkan pada Data Capture Sheet sebagai alat pencatatan data yang membantu dalam identifikasi pola dan titik kritis terjadinya pemborosan pangan. Selain itu, mereka juga menyusun strategi untuk menerapkan aksi konkret dalam operasi bisnis guna menekan SSP.

Peserta mengungkapkan tantangan yang mereka hadapi dalam mengukur SSP di perusahaan masing-masing, tetapi mengapresiasi pendekatan TMA sebagai solusi yang lebih terstruktur. 

Baca Juga: Bappenas Catat Potensi Kerugian Akibat Sampah Makanan Capai Rp 551 Triliun per Tahun

Deni Hamdani, Chef Grand Hyatt Jakarta, menyebut bahwa pengukuran sisa makanan telah membantu pihaknya dalam menyusun strategi efisiensi yang lebih baik. 

Dengan data yang akurat, mereka dapat mengidentifikasi titik kritis pemborosan pangan dan mengoptimalkan perencanaan untuk menekan kerugian ekonomi akibat makanan terbuang.

Nita Yulianis, Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi, Badan Pangan Nasional, menyampaikan bahwa pemerintah mendukung upaya kolaboratif melalui GRASP 2030 sebagai bagian dari strategi nasional dalam pengurangan SSP. 

Ia menekankan pentingnya pendekatan berbasis data dalam pengambilan keputusan, baik di sektor pemerintah maupun bisnis, guna meningkatkan efektivitas kebijakan dan pelaporan pangan terselamatkan.

GRASP 2030 merupakan platform kolaboratif berbasis perjanjian sukarela yang diinisiasi IBCSD untuk menekan SSP di Indonesia. 

Baca Juga: Bappenas Catat Potensi Kerugian Akibat Sampah Makanan Capai Rp 551 Triliun per Tahun

Model ini telah diterapkan di berbagai negara dengan hasil signifikan, seperti di Inggris melalui Courtauld 2025 yang berhasil mengurangi 1,7 juta ton makanan terbuang dalam dua tahun dan menekan emisi karbon sebesar 5 juta ton.

Dengan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, GRASP 2030 bertujuan mengurangi SSP melalui pendekatan berbasis data, mendorong kolaborasi lintas sektor, serta mendukung kebijakan yang mempercepat transisi menuju sistem pangan yang lebih berkelanjutan. 

Workshop ini menjadi langkah konkret dalam mewujudkan visi tersebut, dengan harapan mampu meningkatkan ketahanan pangan nasional, menekan emisi, dan mendorong efisiensi rantai pasok pangan secara berkelanjutan.

Selanjutnya: Wall Street Dibuka Naik Kamis (6/2), Setelah Laporan Keuangan Perusahaan Besar

Menarik Dibaca: 4 Strategi Plana Bangun Bisnis Sosial yang Berdampak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli
Terbaru