PILKADA - JAKARTA. Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung mengusulkan konsep work from anywhere (WFA) sebagai bagian dari visi kerjanya di Jakarta.
Menurut Pramono, fleksibilitas dalam bekerja, termasuk bagi para birokrat dan pekerja swasta, dapat meningkatkan produktivitas warga Jakarta.
Ia menegaskan bahwa WFA akan diterapkan, terutama untuk generasi Z, agar mereka dapat bekerja dari mana saja tanpa terikat lokasi fisik.
Dalam gagasannya, Pramono menyarankan pembagian hari kerja, di mana dua hari dihabiskan bekerja di kantor, sementara tiga hari lainnya bekerja dari rumah atau tempat lain.
"Bagaimana generasi Z bisa bekerja dari mana pun," kata Pramono.
Baca Juga: Perputaran Uang Pilkada 2024 Diprediksi Minimal Sentuh Rp 20 Triliun
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun telah memulai dorongan terhadap digitalisasi sebagai bagian dari transformasi ekonomi melalui program Smart City Jakarta.
Program ini bertujuan meningkatkan akses dan kualitas infrastruktur digital untuk mendukung kegiatan ekonomi yang lebih efisien, termasuk penerapan WFA.
Selama pandemi COVID-19, WFA telah diterapkan secara luas di Jakarta. Banyak perusahaan yang sebelumnya ragu terhadap konsep ini menyadari bahwa karyawan tetap dapat bekerja efektif meski tidak berada di kantor. Pada 2020, sekitar 34% pekerja di Jakarta beralih ke sistem kerja jarak jauh.
Survei dari Jobstreet, Boston Consulting Group, dan The Network menunjukkan bahwa 68% responden menginginkan kombinasi antara bekerja di rumah (WFH) dan di kantor (WFO), sementara 23% lainnya memilih sepenuhnya bekerja jarak jauh. Hanya 9% yang masih menginginkan sistem kerja penuh di kantor seperti sebelum pandemi.
Badan Kepegawaian Negara (BKN) menyatakan bahwa penerapan WFA diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan kepuasan pegawai, serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi birokrasi pemerintahan.
Baca Juga: TikTok Gandeng Bawaslu dan KPU untuk Perkuat Upaya Jaga Integritas Pilkada 2024
Potensi Pengurangan Kemacetan
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menilai bahwa gagasan WFA di tengah tingginya angka kemacetan di Jakarta sangat memungkinkan diterapkan.
Menurut Djoko, banyak kantor swasta sudah menerapkan sistem ini dengan model kerja hybrid, yakni beberapa hari di kantor dan sisanya dari rumah atau tempat lain.
Jika diterapkan secara luas, kebijakan ini berpotensi menghasilkan efek multiplier yang signifikan. Pertama, mengurangi kepadatan penduduk di Jakarta selama jam sibuk.
Kedua, perputaran uang tidak hanya terjadi di Jakarta karena pekerja dapat tetap tinggal dan bekerja dari tempat asalnya. Ketiga, kemacetan di Jakarta dapat berkurang.
Menurut laporan TomTom Traffic Index 2023, Jakarta menduduki peringkat ke-29 sebagai kota termacet di dunia, dengan waktu tempuh meningkat hingga 46% pada jam sibuk.
Baca Juga: Efek Pilkada Belum Terasa di Sektor Hotel, PHRI Ungkap Penyebabnya
"Setiap jam yang dihabiskan dalam kemacetan adalah jam produktif yang terbuang. Sebenarnya kalau swasta di Jakarta itu sudah dilaksanakan banyak yang sudah masuk kerja dua tiga hari, sudah berjalan, tapi tidak bisa semua pekerjaan. Misal untuk ASN yang pelayanan, mungkin tetap harus ke kantor," ucap Djoko dalam keterangannya Jumat (11/10).
Djoko menilai bahwa penerapan WFA bisa membantu mengurangi tekanan lalu lintas dan meningkatkan kualitas hidup pekerja, meski belum bisa menyelesaikan masalah kemacetan sepenuhnya.
Djoko menekankan bahwa WFA lebih cocok diterapkan pada sektor-sektor profesional, seperti teknologi, keuangan, dan jasa.
Beberapa sektor, terutama yang membutuhkan interaksi langsung atau pekerjaan manual, seperti produksi makanan atau manufaktur, mungkin tidak dapat memanfaatkan konsep WFA sepenuhnya.
WFA juga memberikan peluang bagi perusahaan untuk merekrut talenta dari luar Jakarta tanpa harus memindahkan mereka ke ibu kota.
Baca Juga: Terkena Efek Pilkada, Emiten Bisa Berjaya
Dengan WFA, perusahaan dapat memperluas pencarian tenaga kerja, meningkatkan daya saing, dan memberikan lebih banyak kesempatan bagi talenta di seluruh Indonesia untuk bekerja di perusahaan besar tanpa harus pindah ke Jakarta.
Meski begitu, Djoko menegaskan bahwa perusahaan perlu mempertimbangkan kesejahteraan karyawan dalam penerapan WFA, termasuk memberikan pelatihan keterampilan digital dan manajemen waktu.
Menurut laporan dari McKinsey, perusahaan yang sukses menerapkan WFA adalah yang mampu membangun budaya kerja kolaboratif dan memberikan alat yang tepat bagi karyawan untuk bekerja dengan efisien.
Secara keseluruhan, penerapan WFA di Jakarta menawarkan banyak manfaat, termasuk peningkatan kualitas hidup pekerja dan pengurangan kemacetan.
Namun, Djoko mengingatkan bahwa penerapan WFA harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak semua jenis pekerjaan bisa dijalankan secara jarak jauh.
"Dengan WFA, Jakarta bisa lebih produktif dan lebih ramah bagi para pekerja, asalkan dilakukan dengan pendekatan yang tepat," tutup Djoko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News