PROYEK INFRASTRUKTUR - JAKARTA. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan rehabilitasi dan rekonstruksi (rehab rekon) sejumlah fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) yang mengalami kerusakan pascabencana gempa bumi di Aceh pada 7 Desember 2016 lalu.
Fasos dan fasum dimaksud meliputi 20 Sekolah Permanen di Kabupaten Pidie Jaya dan Bireuen, Masjid At-Taqarrub, Institut Agama Islam (IAI) Al-Aziziyah, Pasar Ule Glee dan RSUD Kabupaten Pidie Jaya. Rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur tersebut dilaksanakan berdasarkan atas instruksi Presiden Joko Widodo.
Pada Jumat, (14/12), beberapa fasos dan fasum diresmikan oleh Presiden, yakni Masjid At-Taqarub dan Institut Agama Islam (IAI) Al-Aziziyah. Selain itu juga diresmikan Flyover Simpang Surabaya dan Underpass Beurawe di Kota Banda Aceh.
Masjid At-Taqarrub yang berada di Kecamatan Trienggadeng, Kabupaten Pidie Jaya tersebut telah rampung pada Juni 2018. Peletakkan batu pertama pembangunan Masjid At-Taqarrub dilakukan Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono pada 15 Desember 2016 lalu.
“Kita bisa lihat bahwa masjid sudah diperbaiki dan sudah digunakan oleh masyarakat sejak bulan Ramadhan 2018 silam," jelas Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam siaran pers, Selasa (18/12).
Masjid tersebut dibangun Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya di atas tanah seluas 5.796 m2 dengan luas bangunan 4.730 m2 sebanyak dua lantai dengan anggaran Rp 30,93 miliar. Masjid dilengkapi fasilitas ruang wudhu pria dan wanita, perpustakaan, kantor sekretariat, ruang imam, ruang bilal, ruang rapat dan dapat menampung 1.600 jamaah.
IAI Al Aziziyah yang mengalami kerusakan juga telah dibangun dan berfungsi kembali. IAI Al-Aziziyah memiliki 4 lantai dan 1 basemen yang dapat menampung 324 orang mahasiswa. Rehab rekon juga dilakukan pada bangunan Pasar Ule Glee di Kabupaten Pidie Jaya. Pasar satu lantai tersebut kini memiliki fasilitas meja pasar 23 unit, meja pasar daging 23 unit, dan 4 unit kamar mandi. Dengan fasilitas yang lebih baik dan representatif, diharapkan menghidupkan geliat perekonomian masyarakat.
Biaya pembangunan Masjid At-Taqarrub, IAI Al-Aziziyah dan Pasar Ule Glee menggunakan anggaran APBN Kementerian PUPR tahun 2017-2018 dengan total sebesar Rp 56,14 miliar yang dikerjakan oleh kontraktor
PT Wijaya Karya (Persero) dan PT Virama Karya sebagai konsultan manajemen konstruksi.
Selain ketiga infrastruktur tersebut, Kementerian PUPR juga telah menyelesaikan rekonstruksi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pidie Jaya yang mengalami rusak akibat gempa bumi. Fasilitas yang dibangun diantaranya instalasi gawat darurat, poliklinik dan ruang gas medik. Pembangunan menggunakan APBN TA 2017-2018 senilai Rp 21,14 miliar sejak 30 November 2017 hingga 27 Juli 2018.
Sedangkan untuk menggantikan bangunan sekolah yang rusak, Kementerian PUPR pun telah membangun 20 sekolah permanen di Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Bireuen. Pembangunan menggunakan anggaran tahun 2017 dengan nilai kontrak Rp 55,15 milar.
Dalam pembangunannya, Kementerian PUPR melibatkan BUMN Karya untuk konstruksi maupun konsultan pengawasnya. Konstruksi sekolah menggunakan teknologi teknologi RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) yang dikembangkan Balitbang dan dikenal sebagai bangunan tahan gempa.
Fly Over Simpang Susun Surabaya dan Underpass Beurawe
Di Provinsi Aceh, Kementerian PUPR juga meningkatkan kelancaran lalu lintas Kota Banda Aceh. Pada tahun ini telah diselesaikan menyelesaikan pembangunan FO Simpang Surabaya dan Underpass Beurawe.
FO Simpang Surabaya memiliki panjang 881 dan lebar 16,5 meter untuk 4 lajur 2 arah. Sementara Underpass Beurawe memiliki panjang 202 meter, lebar 10,4 meter untuk 2 lajur 2 arah. Keduanya berada pada poros utama Jalan Lintas Timur Sumatera yang menghubungkan Pusat Kota Banda Aceh dengan Sigli, Lhokseumawe hingga Medan.
Keduanya juga merupakan penghubung antara Jalan Lintas Timur Sumatera dengan Pelabuhan Malahayati yang merupakan kawasan pengembangan strategis. Sebelumnya dari pusat Kota Banda Aceh ke airport Sultan Iskandar Muda bisa mencapai 1 jam, namun kini bisa ditempuh dalam 20 menit saja.
Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga, Sugiyartanto menyatakan bahwa dengan adanya FO dan underpass sangat membantu mengurangi masalah kemacetan Kota Banda Aceh.
“Saat ini Kota Banda Aceh sedang bertransformasi dari kota besar menuju kota metropolitan. Akibatnya, terjadi peningkatan jumlah frekuensi penggunaan kendaraan. Dengan adanya FO dan underpass ini tentunya akan mengurangi tingkat kemacetan," tutur Sugi.
Pembangunan FO Simpang Surabaya dan Underpas Beurawe dikerjakan oleh kontraktor PT Jaya Konstruksi dan PT Brantas Abipraya dengan total biaya konstruksi kedua proyek tersebut sebesar Rp 272 miliar yang bersumber dari dana Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) tahun 2015-2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News