Pupuk Organik dan Pemakaian Air Jadi Fokus Pengembangan Pertanian Berkelanjutan

Senin, 24 Juni 2024 | 12:03 WIB   Reporter: Noverius Laoli
Pupuk Organik dan Pemakaian Air Jadi Fokus Pengembangan Pertanian Berkelanjutan

KEP Agro Purbo Tani memproduksi pupuk organik cair dan padat. Pupuk organik cair dibuat dari pemanfaatan urin sapi dan fermentasi buah-buahan sebagai bahan baku utamanya, sedangkan pupuk organik padat dibuat dari kotoran ternak sebagai bahan baku utama.


PERTANIAN -  JAKARTA. Pupuk organik dan penggunaan air yang efisien menjadi fokus pengembangan pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan di Indonesia. Kesadaran akan pelestarian lingkungan dan kesehatan manusia mendorong hadirnya Pertanian Cerdas Iklim (Climate Smart Agriculture/CSA).

KEP Agro Purbo Tani, salah satu Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP) di Desa Purbowangi, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, berkomitmen mengembangkan pupuk organik sebagai alternatif yang lebih baik dibandingkan pupuk kimia. 

Kehadiran KEP Agro Purbo Tani didukung oleh Kementerian Pertanian (Kementan) dan Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) pada 2023, yang mendukung penerapan CSA di 20 kecamatan di Kebumen.

Baca Juga: Menaklukan Perubahan Iklim dengan Metode Pertanian Cerdas

Direktur National Project Implementation Unit (NPIU) SIMURP, Bustanul Arifin Caya, menyatakan bahwa Program SIMURP Kementan akan fokus pada antisipasi dampak perubahan iklim global. 

"Pemanfaatan pupuk organik bertujuan menekan hingga menghilangkan emisi gas rumah kaca dari kegiatan pertanian, dengan penerapan pemupukan berimbang," ujarnya dalam siaran pers, Senin (24/6).

Upaya ini sejalan dengan harapan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk meningkatkan produksi, kualitas, intensitas pertanaman, dan praktik budidaya yang ramah lingkungan, dengan tujuan akhir mensejahterakan masyarakat. 

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan, Dedi Nursyamsi, menambahkan bahwa tantangan utama pembangunan pertanian meliputi perubahan iklim, degradasi lahan, keterbatasan saprodi, mahalnya pupuk kimia, dan produksi yang tidak efisien.  

Baca Juga: Kementan Melalui Balai Penyuluhan Pertanian Dukung Pertanian Cerdas Iklim (CSA)

Menurut Dedi Nursyamsi, SIMURP menghadirkan inovasi teknologi adaptif dan mitigatif terhadap perubahan iklim, serta mampu beradaptasi dari tekanan biotik seperti hama penyakit, dan abiotik seperti kekeringan, banjir, serta intrusi air laut.

Pupuk Organik

Pupuk organik berasal dari sumber-sumber alami seperti kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, dan bahan organik lainnya. Pupuk ini kaya akan nutrisi dan mikroorganisme yang berguna bagi tanah dan tanaman.

Project Manager SIMURP, Sri Mulyani, mengatakan bahwa pemanfaatan pupuk organik meningkatkan kesuburan tanah, produktivitas tanaman, dan mengurangi risiko kerusakan lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.

Ketua KEP Agro Purbo Tani, Sarimin, menjelaskan bahwa proses pembuatan pupuk organik dimulai dengan pengumpulan bahan baku seperti pupuk kandang, pupuk hijau, sisa tanaman, dan sampah sekitar lahan pertanian. 

Baca Juga: Upaya Kementan Tarik Minat Generasi Milenial Untuk Bertani Lewat Open Day

"Bahan organik tersebut dikomposkan dengan bantuan mikroorganisme yang menguraikan bahan-bahan tersebut menjadi kompos kaya nutrisi," katanya.

Sebelum digunakan, kompos diuji untuk memastikan kualitasnya dan memastikan tidak ada bahan berbahaya atau patogen yang bisa merusak tanaman. "Pupuk organik yang telah siap diaplikasikan ke tanah dengan cara dicampurkan atau ditebarkan di sekitar akar tanaman," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru