Berdasarkan siaran pers Biro Komunikasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, pembangunan Overpass Antapani merupakan pilot project teknologi Corrugated Mortabusa Pusjatan (CMP) yang baru pertama kali diterapkan di Indonesia.
Kelebihan CMP adalah masa konstruksi yang lebih cepat 50 persen jika dibandingkan dengan konstruksi beton umumnya yang memakan waktu 12 bulan, sementara CMP hanya memerlukan waktu enam bulan.
Kelebihan lainnya ialah bentang konstruksi jembatan yang panjang di mana lingkungan jembatan dapat mencapai 36 meter sehingga mampu mengakomodir delapan lajur kendaraan di bawah jembatan.
Pelaksanaan konstruksi CMP juga tidak mengharuskan penutupan jalur kendaraan sehingga memberikan dampak yang sangat kecil terhadap kemacetan di sekitar lokasi konstruksi.
Selain itu, CMP juga memiliki nilai estetis, sehingga dapat menjadi suatu landscape dan bisa menjadi landmark suatu kawasan. Konsumsi bahan alam konstruksi CMP jauh lebih rendah dibandingkan konstruksi dengan teknologi beton sehingga ramah lingkungan.
Teknologi mortar busa ini digunakan sebagai pengganti timbunan tanah atau sub base yang biasanya dipakai tanpa memerlukan lahan yang lebar karena dapat dibangun tegak dan tidak memerlukan dinding penahan serta tidak perlu ada alat pemadat karena dapat memadat dengan sendirinya.
Penggunaan baja bergelombang selain mempercepat waktu pelaksanaan overpass juga lebih efisien secara pembiayaan. Biasanya, untuk membuat satu buah jembatan dengan beton bertulang, membutuhkan biaya sekitar Rp120 miliar.
Tetapi, untuk pembuatan overpass dengan struktur bergelombang dengan timbunan ringan mortar busa, hanya membutuhkan anggaran Rp35 miliar.
Pembangunan Overpass Antapani merupakan proyek kerja sama antara Pusjatan Kementerian PUPR, Pemkot Bandung dan Pemerintah Korea.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News