BUDAYA - Simak sejarah Pacu Jalur yang viral di media sosial. Pacu Jalur merupakan salah satu warisan budaya takbenda Indonesia yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.
Baru-baru ini, banyak video pendek di TikTok dan Instagram yang memperlihatkan antusiasme warga, kostum tradisional para pendayung, dan sorak-sorai penonton di sepanjang sungai—membuat tradisi ini viral dan makin dikenal di luar negeri.
Hal ini memicu penasaran masyarakat terkait apa itu Pacu Jalur? Cek informasi menarik selengkapnya.
Baca Juga: Konflik Kasus Sawit Terus Meningkat, Paling Banyak Terjadi di Riau
Sejarah Pacu Jalur
Lomba perahu panjang ini bukan hanya sekadar adu cepat di atas sungai, tetapi juga merupakan simbol solidaritas, kekompakan, dan kebanggaan masyarakat lokal.
Pacu Jalur digelar setiap tahun di Sungai Batang Kuantan, Pacu Jalur telah menjadi festival budaya yang tak hanya diminati masyarakat setempat, tapi juga menarik perhatian nasional bahkan internasional.
Dari tradisi kerajaan hingga viral di media sosial, Pacu Jalur menunjukkan bahwa budaya lokal mampu bertahan dan bertransformasi di tengah arus modernisasi.
Baca Juga: PTPP Raih Kontrak Rumah Sakit Vertikal di Riau senilai Rp 663,2 miliar
Secara harfiah, “pacu” berarti lomba atau balapan, dan “jalur” merujuk pada perahu kayu panjang khas Kuansing Singingi yang digunakan dalam lomba ini.
Perahu jalur dapat memiliki panjang hingga 25–40 meter dan diisi oleh 40 hingga 60 orang pendayung, termasuk penabuh gendang dan tukang teriakan untuk komando irama.
Pacu Jalur bukan hanya adu cepat, tapi juga adu kekompakan dan kehormatan antardesa (kampung). Setiap jalur biasanya berasal dari satu desa dan dinamai secara khusus, mencerminkan nilai-nilai lokal atau sejarah desa tersebut.
1. Zaman Kerajaan (abad ke-17 hingga 19)
Melansir dari laman Kuansing.go.id, olahraga Pacu Jalur diperkirakan telah ada sejak abad ke-17, bermula dari kebiasaan masyarakat mengantarkan hasil bumi atau mengunjungi kerajaan melalui jalur sungai.
Dari sini, muncul kompetisi antarperahu untuk menguji kekuatan dan kecepatan, yang kemudian menjadi acara resmi kerajaan.
2. Era Kolonial Belanda
Pemerintah Hindia Belanda mendukung Pacu Jalur karena dianggap menarik dan mampu menarik massa. Bahkan, lomba ini pernah digunakan untuk menyambut tamu kolonial atau memperingati ulang tahun Ratu Belanda.
3. Pasca-Kemerdekaan
Sejak 1960-an, Pacu Jalur menjadi agenda budaya tahunan yang dikaitkan dengan perayaan Hari Kemerdekaan RI. Pemerintah daerah menjadikan lomba ini sebagai bentuk pelestarian budaya dan sarana mempererat solidaritas antarwarga.
Baca Juga: Daftar Lapangan dan Tempat Olahrga yang Kena Pajak Hiburan di Jakarta, Apa Saja?
Perkembangan dan Menjadi Viral Sekarang
Pacu Jalur kini berkembang dari tradisi lokal menjadi festival budaya besar yang digelar setiap tahun, biasanya pada bulan Agustus, di Sungai Batang Kuantan.
Selain itu, olahraga ini mendapat pengakuan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Kini, disorot media internasional dan viral di media sosial karena keunikan perahu panjang, ikon anak kecil, hingga semangat para pendayung yang luar biasa. Hal ini bisa menarik wisatawan lokal maupun mancanegara yang penasaran ingin menyaksikan tradisi air spektakuler ini.
Nah, untuk dipromosikan dalam berbagai event nasional seperti Festival Pacu Jalur Nasional dan Internasional, dengan konsep kolaboratif antara seni, budaya, dan olahraga.
Itulah informasi sejarah Pacu Jalur yang viral di media sosial dan perkembangan saat ini.
Tonton: Maskapai FlyJaya Resmi Layani Rute Halim Jakarta-Yogya
Selanjutnya: Banyak Tanggal Merah Bulan Juni, Apakah Ada Libur & Cuti Bersama Juli 2025?
Menarik Dibaca: Samsung Z Fold 6 Cocok Buat Pebisnis?Ini Fitur yang Mendukung Produktivitas Anda
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News