Wilmar Padi Bangunkan Lahan Tidur, Produksi Gabah Petani Capai 8 Ton per Hektare

Jumat, 10 Mei 2024 | 18:06 WIB   Reporter: Noverius Laoli
Wilmar Padi Bangunkan Lahan Tidur, Produksi Gabah Petani Capai 8 Ton per Hektare

Pemerintah Kabupaten Ngawi berharap PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) memperluas kemitraan dengan petani. Wilmar Padi Bangunkan Lahan Tidur, Produksi Gabah Petani Capai 8 Ton per Hektare.


KETAHANAN PANGAN -  SIDOARJO. PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) berhasil membantu petani mengelola lahan seluas 6 hektar yang sebelumnya tidak produktif di Desa Kedung Rawan, Sidoarjo, Jawa Timur. Hasilnya terlihat dari produksi gabah yang mencapai 8 ton per hektar pada musim tanam ketiga.

Program pendampingan ini juga melibatkan PT Wilmar Chemical Indonesia yang memproduksi Pupuk Mahkota dan Syngenta yang menyediakan pestisida.

Saronto, Kepala Bisnis Padi PT WPI, menjelaskan bahwa selama program ini berjalan sejak tahun 2023, mereka telah berhasil menghidupkan kembali lahan yang sebelumnya tidak produktif. Pada musim tanam ketiga, petani berhasil mencapai produksi gabah hingga 8 ton per hektar.

"Prestasi ini memberikan bukti kepada petani bahwa dengan manajemen yang baik, hasilnya akan memuaskan," kata Saronto seperti yang dikutip dari siaran pers pada Jumat (10/5).

Baca Juga: Luas Lahan Kemitraan Wilmar Padi Capai 20.000 Ha, Tersebar di 19 Kabupaten

Menurut komitmen awal, pendampingan dari perusahaan hanya berlangsung selama tiga musim tanam. Setelah itu, lahan akan dikembalikan kepada masyarakat untuk dikelola secara mandiri. Namun, WPI akan tetap memberikan bimbingan teknis hingga petani mampu mandiri.

Perusahaan juga membangun pintu air khusus untuk memperbaiki saluran irigasi di lahan tersebut. "Kemitraan ini tetap berlanjut karena kami membeli hasil panen petani," ujar Saronto.

Awalnya, lahan tersebut tidak produktif selama 10 tahun karena sering tergenang banjir. Kemudian, lahan ini ditawarkan kepada Wilmar agar memberikan bantuan kepada petani.

Saronto menjelaskan bahwa menghidupkan lahan tidur bukanlah hal yang mudah. Pada musim tanam pertama, pengelolaan lahan dianggap gagal karena masih banyak gulma yang tumbuh dan biaya yang cukup besar. Hasil panen juga hanya mencapai 1,6 ton per hektar dari target 6 ton per hektar.

Mengambil pelajaran dari musim tanam pertama, perusahaan melakukan analisis ulang dan memperbaiki pengelolaan lahan. Pada musim tanam kedua, biaya dapat ditekan dan hasil panen meningkat hingga 6 ton per hektar.

Baca Juga: Wilmar Padi Indonesia Luncurkan Program Upgrade Penggilingan

Pengelolaan lahan tidur ini bertujuan untuk mendukung peningkatan produksi pangan melalui lahan yang sudah ada. WPI berencana untuk melakukan pendampingan pada lahan tidur lainnya, salah satunya di Mojokerto seluas 20 hektar.

"Kendala utamanya adalah biaya yang besar dan risiko gagal pada musim tanam pertama, inilah yang menyebabkan banyak lahan tidur dibiarkan terbengkalai," ujar Saronto.

Abriyani Susilowati, Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo, menyambut baik kemitraan antara pemerintah, perusahaan, dan petani. Dia menekankan pentingnya bantuan bagi petani, terutama mengingat banyaknya petani yang lanjut usia dan kebutuhan pangan yang terus meningkat.

Di sisi lain, Ketua Kelompok Tani Suko Tani, Imam Baihaqi, mengungkapkan apresiasi atas pendampingan yang diberikan oleh perusahaan dan dinas pertanian daerah untuk menghidupkan kembali lahan tidur. 

Baca Juga: Pemkab Ngawi Minta Wilmar Perluas Kemitraan dengan Petani

Petani tidak perlu mengeluarkan modal karena perusahaan telah menyediakan sarana produksi. Mereka juga berkomitmen untuk melanjutkan metode yang diajarkan selama pendampingan. "Petani harus maju agar dihargai sepenuhnya," ujar Baihaqi.

Selain itu, petani juga dapat menjual hasil panen langsung ke WPI, sehingga tidak perlu lagi bergantung pada tengkulak. Mereka juga berencana untuk mengajak petani lain bergabung dalam program tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru