Ada dua sesar aktif, ahli Geologi sarankan Pemkot Surabaya buat zonasi kawasan risiko

Minggu, 14 Oktober 2018 | 08:44 WIB Sumber: Kompas.com
Ada dua sesar aktif, ahli Geologi sarankan Pemkot Surabaya buat zonasi kawasan risiko

ILUSTRASI. Ilustrasi gempa bumi - alat seismograf


SURABAYA - SURABAYA. Ahli Geologi dari Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim (PSKBPI) Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Amien Widodo mengusulkan agar Pemkot Surabaya melakukan penilaian kualitas bangunan dan sifat fisik tanah di kawasan Surabaya.

Setelah melakukan penilaian, kemudian dibuat zonasi kawasan berisiko. Usulan itu berkaitan dengan potensi gempa bumi yang bisa terjadi karena ada dua sesar aktif di Surabaya dan Waru. Patahan Surabaya meliputi kawasan Keputuh hingga Cerme.

Sementara, patahan Waru lebih panjang, yakni melintasi Rungkut, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Saradan, bahkan sampai Cepu.

Untuk memetakan suatu kawasan itu berisiko tinggi, sedang, atau rendah cukup sederhana. Jika desain dan standar bangunan jelek atau tidak sesuai dengan aturan tahan gempa, dan lapisan tanah di bawahnya lembek atau lunak, kata Amien, maka masuk kategori Kawasan Risiko Bencana (KRB) gempa tinggi.

Untuk mengetahui KRB gempa sedang, lanjut Amin, jika desain bangunannya baik, tetapi lapisan tanahnya jelek. Atau sebaliknya, desain bangunannya jelek, lapisan tanahnya bagus. Sementara, jika desain bangunan cukup baik dan lapisan tanahnya bagus, termasuk dalam KRB gempa rendah.

"Lapisan tanah jelek umumnya pada endapan yang masih belum padu (uncomsolidated). Sebab lapisan tanah ini bila dilewati gelombang gempa bisa mengalami amplifikasi dan atau likuifaksi," kata dosen Teknik Geofisika ITS ini kepada Kompas.com, Sabtu (13/10).

Berdasarkan peta risiko tersebut, harus dibuat arahan mitigasi bencana atau arahan pengurangan risiko. "Untuk kawasan risiko tinggi berarti harus ada perbaikan atau perkuatan bangunan rumah, gedung dan infrastruktur," kata Amien.

Selain itu, harus ada upaya perbaikan tanah agar tidak mengalami amplifikasi dan likuifaksi. Bagi warga Surabaya yang mau membangun di kawasan berisiko tinggi, perlu mengikuti tata cara yang ketat tentang bangunan tahan gempa.

"Masyarakat yang bermukim di kawasan berisiko tinggi juga harus lebih waspada, karena Surabaya pernah mengalami gempa," kata dia. Amien mengatakan, gempa bumi yang pernah terjadi di Surabaya pada 1867. Bangunan yang terdampak saat itu, yakni Gereja Santa Perawan di Jalan Kepanjen, Krembangan, Surabaya.

"Kalau kita jalan-jalan dengan bis wisata Surabaya, salah satu destinasinya Gereja Santa Perawan, di dalamnya ada tulisan sejarah rehab gereja yang retak karena gempa pernah terjadi tahun1867," tutur Amien. (Kontributor Surabaya, Ghinan Salman)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ada Dua Sesar Aktif di Surabaya, ITS Usulkan Pemetaan Kawasan Risiko Bencana"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru