Ahli UGM menganalisa temuan radioaktif Caesium-137 di Tangsel, ini hasilnya

Selasa, 18 Februari 2020 | 07:54 WIB Sumber: Kompas.com
Ahli UGM menganalisa temuan radioaktif Caesium-137 di Tangsel, ini hasilnya

ILUSTRASI. Operator Pengolahan Limbah Radioaktif dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dengan menggunakan survey meter melakukan pengecekan radiasi Radioaktif di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) Badan Tenaga Nuklir Nasional Serpong, Tangerang Selatan, Ba


JABODETABEK - SERPONG. Material radioaktif jenis Caesium-137 ditemukan di Perumahan Batan Indah, Tangerang Selatan (Tangsel), baru-baru ini. Kemunculan radiasi dari zat radioaktif ini bermula dari uji fungsi Bapeten dengan target area meliputi wilayah Pamulang, Perumahan Dinas Puspiptek, Daerah Muncul dan Kampus ITI, Perumahan Batan Indah, serta Stasiun KA Serpong pada 30 dan 31 Januari 2020.

Secara umum, nilai paparan radiasi lingkungan pada daerah pemantauan menunjukkan nilai normal (paparan latar). Namun, pada saat dilakukan pemantauan di lingkungan Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangsel, ditemukan kenaikan nilai paparan radiasi di lingkungan area tanah kosong di samping lapangan voli Blok J.

Baca Juga: Bapeten: Radiasi nuklir di Tangsel berasal dari limbah radioaktif

Lantas apa itu Caesium 137?

Dosen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada ( UGM) Agus Budhie Wijatna mengatakan, Caesium-137 merupakan satu unsur yang bersifat radioaktif. Menurut dia, Caesium dihasilkan dari produk visi dari reaktor nuklir yang ada di Serpong.

"Biasanya Caesium itu dihasilkan dari produk visi dari reaktor nuklir yang ada di Serpong itu. Kalaupun ada di alam, itu relatif kecil dan itu sebagai radiasi background dari unsur primordial untuk Uranium-238," kata Agus kepada Kompas.com, Minggu (16/2/2020).

Baca Juga: Caesium 137 diduga jadi penyebab radiasi nuklir di Serpong, apa itu?

Agus mengaku bingung bagaimana Caesium itu bisa bertebaran di perumahan. Sebab, Bapeten selalu melakukan pengecekan secara periodik di sekitar sektor. Selain itu, reaktor nuklir secara periodik juga diinspeksi oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

Dengan demikian, jika terjadi kebocoran, tentu hal itu bisa terdeteksi oleh Bapeten. Oleh karena itu, menurut Agus, sangat kecil kemungkinan bahwa Caesium tersebut berasal dari kebocoran reaktor.

"Karena reaktor nuklir secara periodik juga diinspeksi oleh Badan Tenaga Atom Internasional. Begitu ada kebocoran, pasti sudah diketahui sejak dulu," jelasnya.

Baca Juga: Radiasi tinggi di Perumahan Batan Indah, ini yang sudah dilakukan Bapeten

Bahaya Caesium-137

Hal yang menjadikannya berbahaya adalah umur paruhnya 30 tahun. Agus menjelaskan, umur paruh merupakan umur yang menyebabkan tingkat kontaminasinya akan menurun menjadi separuh. "Jadi proses gradasi tingkat bahayanya akan menurun separuhnya setelah 30 tahun. Kalau sekarang terukur 100 mikrosievert, maka dia akan menjadi 50 mikrosievert setelah 30 tahun yang akan datang," kata Agus.

Kendati demikian, Bapeten kini sudah melakukan dekontaminasi dengan mengambil contoh tanah yang terpapar oleh serpihan Caesium. Menurut Agus, Caesium yang digunakan untuk publik itu sesuai dengan batas administratif, yaitu 1 mikrosievert.

Artinya, meskipun seseorang terkena dosis 1 mikrosievert, hal itu tidak akan memiliki efek biologis apa pun. Sementara itu, batas biologis merupakan batas yang jika dilampaui, maka akan memiliki efek klinis.

Baca Juga: Heboh radiasi nuklir di Serpong yang sangat tinggi, ini penjelasannya

Berdasarkan ketentuan IAEA, semua unit radiologi dan pemanfaatan tenaga nuklir harus menggunakan batas administratif. "Artinya, IAEA itu membuat regulasi bahwa operasional unit radiologi dan reaktor nuklir itu harus menggunakan batas adminstratif. Kalaupun itu dilampaui, maka tidak akan menimbulkan efek biologis," paparnya.

Manfaat

Menurut Agus, unsur Caesium-137 biasanya digunakan untuk kesehatan dan industri. "Kalau di rumah sakit itu biasanya digunakan untuk membunuh kanker, tapi dengan dosis tinggi dan radiasi yang sangat tinggi," katanya lagi.

Baca Juga: Duh, pasien kanker berisiko terkena penyakit jantung

Untuk pemanfaatan di bidang industri, Agus menyebutkan, Caesium ini digunakan untuk pengujian tak merusak. Misalnya, penggunaan Caesium untuk mengetahui apakah pipa itu keropos atau tidak, apakah tulang bangunan beton itu menggunakan diameter beton sesuai yang tertera dalam kontrak atau tidak.

"Jadi fungsinya itu seperti foto rontgen karena energinya lebih besar," jelasnya.

Terlepas dari semua itu, Agus berpesan kepada masyarakat agar tak khawatir mengenai radiasi yang terjadi di Perumahan Serpong tersebut karena sudah dilokalisasi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Soal Temuan Radioaktif Caesium-137 di Tangsel, Ini Analisis Ahli UGM"
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru