Jabodetabek

Akhir Dominasi 25 Tahun! PAM JAYA Ambil Alih Air Bersih Jakarta

Senin, 06 Oktober 2025 | 20:56 WIB
Akhir Dominasi 25 Tahun! PAM JAYA Ambil Alih Air Bersih Jakarta

ILUSTRASI. Komisaris Utama PAM JAYA, Prasetyo Edi Marsudi


Reporter: Yudho Winarto  | Editor: Yudho Winarto

Dualitas Air: Publik dan Ekonomi

Dekan Fakultas Administrasi Negara Universitas Krisnadwipayana (Unkris), Reza Hariyadi, menilai air memiliki dua dimensi penting sebagai barang publik dan barang ekonomi.

“Ketika air dipandang sebagai barang publik, negara wajib menyediakan layanan tanpa memandang kemampuan ekonomi masyarakat. Namun, air juga memiliki nilai komersial yang harus dikelola secara berkelanjutan,” jelasnya.

Reza menekankan pentingnya akuntabilitas publik dalam transformasi PAM JAYA agar mampu menyeimbangkan dua fungsi tersebut.

Baca Juga: Targetkan Pembangunan PLTSa, Pemda Diminta Jamin Pasokan Sampah Selama 30 Tahun

Dimensi Teologis dan Kearifan Lokal

Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Jakarta, KH. Nurhadi, mengingatkan bahwa pengelolaan air bukan hanya tanggung jawab institusi, tetapi juga tanggung jawab teologis.

“Ini bukan sekadar urusan teknis, tapi amanah teologis,” ujarnya.

Nurhadi menyebut tiga pendekatan penting dalam kebijakan air: Bayani, berbasis teks agama; Burhani, berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi; Irfani, berbasis nilai-nilai kebijaksanaan dan spiritualitas.

“Kebijakan publik harus berbasis kemaslahatan rakyat, bukan kepentingan penguasa,” tegasnya.

Baca Juga: Produk Rumah Tangga Indonesia Tembus Pasar Filipina & Rumania, Nilai Tembus Rp 6,7 M

Air sebagai Sumber Kehidupan dan Peradaban

Ketua Panitia Lokakarya sekaligus Ketua Bidang Seni Budaya MUI Provinsi DKI Jakarta, KH. Lutfi Hakim, menyebut air sebagai sumber kehidupan sekaligus simbol peradaban manusia.

“Air adalah sumber kehidupan itu sendiri, dan itu diakui sejak peradaban manusia dimulai,” katanya.

Ia mencontohkan tradisi budaya seperti siraman Jawa, melukat Bali, dan upacara adat Betawi, yang menggambarkan makna spiritual air bagi masyarakat Indonesia.

“Transformasi PAM JAYA menjadi perseroda harus dibaca sebagai momentum memperkuat profesionalitas bisnis sekaligus tanggung jawab sosial,” tambahnya.

Sementara itu, Sekretaris Umum MUI Provinsi DKI Jakarta, KH. Auzai Mahfuz, menegaskan bahwa air merupakan simbol universal bagi peradaban.

“Air tidak mengenal agama. Nabi bersabda bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan pokok bersama: air, udara, dan api. Ketiganya adalah hak seluruh umat manusia,” ujarnya.

Baca Juga: Industri Tekstil dan Alas Kaki Pulih, Ekspor Tembus US$ 13,17 Miliar

Transformasi PAM JAYA menjadi perseroda mencerminkan sinergi antara kebijakan publik, profesionalisme bisnis, nilai-nilai teologis, dan kearifan budaya lokal.

Tujuan akhirnya satu: memastikan setiap warga Jakarta memperoleh hak dasar mereka air bersih yang aman, merata, dan berkelanjutan.

Selanjutnya: Tak Ditunda Lagi, Kebijakan Zero Odol Dimulai 1 Januari 2027

Menarik Dibaca: Intip Ramalan Zodiak Besok, Selasa 7 Oktober 2025 tentang Keuangan dan Karier

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Terbaru