POLUSI UDARA - JAKARTA. Masalah polusi udara di Jakarta dan sekitarnya serta upaya untuk mengatasinya masih terus menjadi perbincangan hangat hingga saat ini. Berbagai pihak mencoba mencari akar permasalahan agar bisa mencari solusi yang tepat.
Lauri Myllyvirta, Lead Analyst Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) mengakui banyak sumber polutan yang menjadi penyebab buruknya kualitas udara di Jakarta.
"Sumber polutan bukan hanya PLTU, tetapi ada sumber lain seperti transportasi, kebakaran hutan, dan lain-lain," kata dia dalam keterangannya dikutip Kamis (14/9).
Pernyataan yang disampaikan Lauri dalam webinar bertajuk Dampak Kualitas Udara Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara Suralaya itu sesuai dengan data yang disampaikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Saat ini, polusi udara di Jakarta merupakan emisi dari kendaraan bermotor.
Lauri berharap pemerintah Indonesia untuk mencari solusi yang komprehensif untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta. “Agar udara Jakarta bersih, solusi tidak boleh fokus pada satu sektor saja. Penyelesaian secara menyeluruh harus ada pada beberapa sektor,” katanya.
Baca Juga: Tekan Polusi Udara, Sektor Transportasi Perlu Kebijakan Khusus
Data KLHK menyebutkan tidak kurang dari 44% polusi udara disumbang dari emisi kendaraan bermotor, disusul industri 31%, manufaktur 10%, perumahan 14% dan komersial 1%.
Sementara itu, total emisi karbon dari kendaraan bermotor di Jakarta mencapai 81,17 juta kg CO2e menyusul tingginya jumlah penggunaan. Angka tersebut disampaikan oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
Kepala Center of Food, Energy, and Sustainable Development INDEF, Abra Talattov mengatakan dengan rata-rata konsumsi BBM di Jakarta untuk motor sebesar 0,92 liter per hari dan mobil 3,9 liter per hari, maka total konsumsi BBM di Jakarta bisa mencapai 17,8 juta liter per hari untuk seluruh populasi motor dan 16,2 juta liter per hari untuk seluruh populasi mobil.
“Apabila jumlah emisi karbon 1 liter BBM setara dengan 2,4 kg CO2e, artinya estimasi total emisi yang dihasilkan dari total populasi sepeda motor dan mobil penumpang di Jakarta mencapai 81,17 juta kg CO2e,” kata dia.
Ia memaparkan, dalam lima tahun terakhir populasi mobil penumpang di Jakarta mengalami peningkatan hingga 15,5% menjadi 4,13 juta kendaraan. Sementara populasi sepeda motor meningkat hngga 27,8% menjadi 19,22 juta kendaraan.
Mengingat besarnya emisi karbon yang dihasilkan kendaraan berbasis fosil tersebut, kata dia, sudah mestinya menjadi momentum transformasi menuju ekosistem transportasi yang bersih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News