YOGYAKARTA. Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah memetakan enam titik lokasi produksi garam di Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, dan Kulon Progo.
"Ada enam titik yang rencananya kami gunakan untuk Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat," kata Kepala Bidang Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) DIY Suwarman Partosuwiryo di Yogyakarta, Rabu (9/8).
Ia menyebutkan, di Gunungkidul rencananya ada di Pantai Sepanjang dan di Pantai Nguyahan atau Ngrenehan (Kecamatan Saptosari). Di Bantul yaitu Pantai Samas dan Pantai Goa Cemara, sedangkan di Kulon Progo berada di Pantai Trisik dan Pantai Bugel.
Saat ini upaya menghidupkan kembali sentra produksi garam sedang digarap serius oleh DKP DIY. Hal itu untuk menindaklanjuti keinginan Gubernur DIY Sultan HB X agar DIY bisa memproduksi garam sendiri.
Suwarman menjelaskan, pada 2014, DKP DIY pernah memberikan pelatihan pembuatan garam kepada masyarakat di pesisir pantai selatan DIY, yakni di Pantai Trisik Kulon Progo, Pantai Samas dan Depok Bantul, dan Pantai Sadeng dan Sepanjang di Gunung Kidul. Namun, saat ini satu-satunya tempat produksi garam di DIY yang masih beroperasi hanya di Pantai Sepanjang Gunungkidul.
Suwarman mengatakan, sebagai wujud keseriusan program itu, pada 12 Agustus nanti, Gubernur DIY Sri Sultan HB X direncanakan meninjau langsung tempat produksi garam di Pantai Sepanjang Gunungkidul. "Sekarang kami sedang menyiapkan perencanaan. Kalau rencananya tanggal 12 Agustus (2017) Pak Gubernur (Sri Sultan HB X) mau kunjungan ke Pantai Sepanjang," kata dia.
Hingga saat ini, DKP DIY telah mengumpulkan sejumlah kelompok nelayan di Gunungkidul. Setelah kegiatan produksi garam di Gunungkidul dirasa berhasil, baru kemudian disusul menghidupkan produksi garam di Bantul dan Kulon Progo.
"Kemarin kami sudah ke Gunungkidul, mengumpulkan kelompok-kelompok (nelayan) di sana. Setelah Gunungkidul jalan baru nanti kami mulai di Bantul selanjutnya Kulon Progo," katanya.
Suwarman menjelaskan untuk tahap awal, masing-masing titik produksi akan dibuatkan empat petak garam dengan ukuran 4x6 meter per petak menggunakan tanah Sultan Ground (SG) dan Pakualaman Ground (PAG), khusus untuk di Kulon Progo.
"Karena di DIY tidak bisa mengandalkan pasang surut air laut, maka untuk pengambilan air laut sebagai bahan baku garam akan menggunakan pompa atau timba," paparnya.
Dengan anggaran yang diperkirakan mencapai Rp 2,2 juta untuk pembuatan per empat petak garam, produksi garam bisa menghasilkan keuntungan Rp 1,1 juta-Rp 1,4 juta per bulan. Sebab, satu petak diperkirakan mampu memanen 16 kilogram garam per hari.
Terkait pemasaran garam, Suwarman bilang, selama ini sudah ada tempat pemasaran tersendiri di DIY. Seperti hasil garam di Pantai Sepanjang selama ini digunakan untuk budidaya ikan kerapu di Jalan Kaliurang. (Luqman Hakim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News