Ekonomi Jakarta terpukul pandemi Covid-19, ini resep dari Indef

Selasa, 23 Juni 2020 | 14:58 WIB   Reporter: Ridwan Nanda Mulyana
Ekonomi Jakarta terpukul pandemi Covid-19, ini resep dari Indef

ILUSTRASI. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto (kanan) didampingi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri) saat meninjau Mall Kota Kasablanka


PERTUMBUHAN EKONOMI -  JAKARTA. Perekonomian DKI Jakarta mendapatkan tekanan hebat akibat pandemi Covid-19. Bagaimana tidak, ibu kota negara yang baru saja merayakan HUT ke-493 ini menjadi episentrum penyebaran Covid-19.

Pemprov pun harus melakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan mengorbankan perekonomian. 

Namun, memasuki fase new normal yang sekarang diberlakukan, diharapkan dapat kembali menghidupkan roda ekonomi di ibu kota kendati tidak sekencang sebelum masa pandemi.

Baca Juga: CORE: Pertumbuhan ekonomi Jakarta kontraksi 1% karena pandemi virus corona

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufikurahman mengungkapkan, hingga saat ini kondisi ekonomi Jakarta masih menentukan laju pertumbuhan ekonomi nasional. 
Pasalnya, hingga kuartal I-2020, Jakarta masih menjadi kontributor terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, yakni sebesar 18,10%.

"Artinya peran Jakarta sangat penting dalam mendorong perekonomian nasional. Dalam sektor keuangan, hampir 85% peredaran uang terjadi di Jakarta. Peran Jakarta sangat vital terhadap ekonomi nasional," kata Rizal kepada Kontan.co.id, Selasa (23/6).

Nah, dengan status Jakarta yang sempat menjadi episentrum penyebaran Covid-19, dampaknya terhadap gerak ekonomi pun sangat terasa. Kondisi itu tergambar dari pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama lalu yang turun menjadi 5,06% dibandingkan kuartal sebelumnya. 

Beruntung, Jakarta masih memiliki bantalan ekonomi yang cukup kuat, yang ditunjang oleh berbagai sektor. Seperti jasa keuangan, jasa kesehatan dan informasi komunikasi. Dilihat dari struktur perekonomian dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), kontribusi paling besar berasal dari sektor perdagangan yang capai 16,60%.

Adapun, beberapa sektor yang paling terdampak kontraksi produktivitas bisnisnya adalah jasa keuangan (14,3%), sektor kesehatan (12,2%), sektor pariwisata (11,8%), perdagangan (11,2%), serta industri pengolahan (10,41%).

Dengan kondisi itu, pertumbuhan ekonomi Jakarta di tahun ini diprediksi bakal kontraksi 3,89%. 

"Artinya kontribusi perekonomian Jakarta terhadap perekonomian nasional juga sangat signifikan. Tentunya menjadi catatan penting adalah menjaga produktivitas sektor pembentuk PDRB Jakarta menjadi kunci utamanya," terang Rizal.

Baca Juga: Nilai tukar petani dan nelayan akan jadi indikator RAPBN, apa kata ekonom?

Kata dia, hasil proyeksi menunjukkan bahwa kondisi ekonomi dan bisnis Jakarta akan membaik dan meningkat jika difokuskan pada kebijakan pemulihan ekonomi di beberapa sektor strategis. Paling tidak, ada empat sektor yang menurut Rizal harus mendapatkan fokus perhatian.

Pertama, sektor kesehatan. Hal ini paling penting, untuk memastikan penyebaran Covid-19 menurun, bahkan flattening curve-nya hingga bisa menjadi 0%.

Kedua, sektor-sektor strategis pembentuk dan akselerator perekonomian Jakarta. Seperti sektor jasa keuangan, sektor infokom, dan sektor pengolahan termasuk makanan dan minuman.

Ketiga, kelembagaan untuk menjalankan kebijakan penyebaran Covid-19 dan pemulihan ekonomi dipastikan berjalan dengan baik secara berkala, terstruktur, direvaluasi dan manageable. Keempat, kedisiplinan dalam tata kehidupan new normal (new equilibrium) kepada masyarakat dan stakeholder dengan protokol kesehatan yang ditetapkan.

"Evaluasi dan monitoring atas efektifitas kebijakan yang disusun dan diimplementasikan adalah key factor dalam mencegah penularan dan dampaknya terhadap perekonomian Jakarta. Termasuk pemulihan ekonomi Jakarta dalam kondisi tata kelola new normal (new equilibrium)," pungkas Rizal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Anna Suci Perwitasari

Terbaru