Epidemiolog: Jakarta belum siap melonggarkan PSBB

Kamis, 19 November 2020 | 10:10 WIB Sumber: Kompas.com
Epidemiolog: Jakarta belum siap melonggarkan PSBB

ILUSTRASI. situasi pandemi Covid-19 di Indonesia belum aman untuk dilakukan pelonggaran. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/foc.


Dicky menuturkan, pandemi di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa masih belum tertangani dengan baik. Ini terlihat dari persentase kasus positif atau positivity rate yang masih berada di atas 10% selama lebih dari empat bulan. Padahal rekomendasi dari WHO seharusnya di bawah 5%. 

"Jadi kalau di atas 10% udah empat bulan, itu bukan tinggi, itu namanya sangat tinggi. Karena artinya setiap hari kita itu banyak kasus positif di masyarakat yang tidak teridentifikasi karena lemahnya atau rendahnya kapasitas testing," kata Dicky. 

Baca Juga: Epidemiolog: Hingga kini Indonesia belum selesai hadapi gelombang I Covid-19

Indikator pelonggaran Dicky menjabarkan tiga indikator yang harus dipenuhi apabila ingin melakukan pelonggaran. Menurut World Health Organization (WHO), indiakator adanya pelonggaran harus dilakukan jika tren kasus Covid-19 menurun selama dua minggu. Jakarta saat ini masih belum memenuhi kriteria pertama. 

"Menurun, bukan naik turun. Menurun dengan naik turun itu beda. Jakarta itu naik turun, bukan menurun," tutur Dicky. 

Indikator kedua adalah tingkat kasus positif atau positivity rate minimal sebesar 5%. Kondisi ini disebut akan lebih baik jika angkanya di bawah 5%. Tetapi jika melihat tren Covid-19 di Jakarta maupun secara nasional, positivity rate masih di atas 5%. 

Baca Juga: Kapolri: Kerumunan massa tanpa protokol kesehatan menimbulkan keresahan

Indikator terakhir adalah tidak ada kematian. Ketiga indikator itu, sebut Dicky, belum dipenuhi oleh Jakarta. 

"Ini kan dari sisi indikator yang diterapkan secara epidemiologi yang dianut oleh WHO untuk acuan ketika melakukan pelonggaran itu belum terpenuhi. Kan jelas belum terpenuhi, tapi kemudian dilakukan pelonggaran, mbok ya jangan longgar-longgar bangetlah," kata Dicky. 

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru