Pandu menyebut, tidak menutup kemungkinan pandemi ini berubah menjadi endemi sehingga diperlukan strategi penanganan pandemi secara cepat dan signifikan untuk jangka pendek, serta diperlukan antisipasi jangka menengah dan panjang.
Karena, seperti diketahui, vaksinasi memang dapat menekan risiko perawatan di rumah sakit dan risiko kematian walaupun tidak bisa sepenuhnya menghentikan penularan.
Untuk itu, ia berharap Pemerintah terus memperkuat 3T (Testing, Tracing, Treatment) agar dapat mengendalikan pandemi ini, selain terus melakukan percepatan vaksinasi untuk semua warga.
Di sisi lain masyarakat juga harus terbiasa untuk mampu menilai risiko dan menjaga pola hidup sehat dengan kebiasaan 5M agar siap berkegiatan secara produktif di tengah ancaman jangka panjang endemi Covid-19 dan tentu segera vaksinasi.
Pada kesempatan itu Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan, menegaskan bahwa Pemprov DKI Jakarta sejak awal menggunakan pendekatan saintifik dari para ilmuan di bidangnya sebagai dasar pengambilan keputusan dan penanganan pandemi Covid-19 di Jakarta.
Baca Juga: Herd Immunity dan Pemulihan Ekonomi
Karena itu Gubernur Anies berterima kasih atas hasil survei serologi yang dilakukan FKM UI, Lembaga Eijkman, CDC Indonesia, dan lain sebagainya.
"Kami di DKI Jakarta sejak awal masa pandemi ini mempercayakan arah kebijakan pada pendekatan saintifik dan ilmuwan di bidangnya. Kami menggunakan rujukan pada data-data, merujuk pada pendekatan ilmiah, dan transparansi jadi kata kunci yang kita pegang sejak awal. Karena itu, kami dalam setiap aspek kebijakan selalu berkonsultasi, bertukar pikiran,” jelas Gubernur Anies.
Selain itu, menurut Gubernur Anies, penanganan dan perkembangan pandemi corona di Jakarta dapat menjadi referensi bagi daerah lain bahkan bagi kota-kota lain di dunia.
Pemprov DKI Jakarta akan mendukung penuh berbagai metode ilmiah, termasuk penelitian, survei dan pengambilan data di tingkat mikro.
“Kami mendukung all out survei uji klinis, penelitian dan apapun yg berkaitan dengan Covid-19 di DKI Jakarta. Bahkan, kami mengerahkan jajaran di wilayah untuk ikut ambil data. Survei ini bukan yang kali pertama dilakukan, bahkan survei kita kerjakan juga dengan institusi di luar Indonesia, kampus yang melakukan penelitian, juga teman-teman yang memiliki think tank di urusan Covid-19 kami selalu berikan akses dan kita dukung,” terangnya.
“Beberapa penelitian tentang Covid-19 di Jakarta sudah masuk di jurnal internasional dan ikut jadi feedback negara lain. Mengapa dilakukan? Jakarta tidak boleh jadi pemain lokal, Jakarta harus jadi pemberi arah internasional. Ini adalah kota megapolitan terbesar di belahan selatan dunia dan kita memiliki pengalaman yang cukup untuk jadi pelajaran dunia internasional. Sehingga, kita ada di tataran global bukan semata-mata untuk menyerap info, tapi sebaliknya kita memberikan info, memberikan pengalaman dan bisa jadi rujukan,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News