VIRUS CORONA - JAKARTA. Sungguh di luar dugaan, berdasarkan hasil survei serologi menunjukkan ampir separuh warga DKI Jakarta atau sekitar 44,5% dari 10,6 juta penduduk pernah terinveksi virus corona.
Artinya dari hasil survei serologi sebanyak 4.717.000 orang penduduk jakarta dari berbagai lapisan umur telah terjangkiti virus corona Covid-19.
Data ini berdasarkan hasil survei serologi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta berkolaborasi dengan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Lembaga Eijkman, dan Centers for Disease Control (CDC) Indonesia.
Baca Juga: UPDATE corona di Jakarta Sabtu (10/7) positif 12.920, sembuh 16.839, meninggal 90
Survei serologi ini sebagai upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menyusun strategi penanganan dan pengendalian wabah corona.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta berkolaborasi dengan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Lembaga Eijkman, dan Centers for Disease Control (CDC) Indonesia melakukan survei serologi di Ibu Kota Jakarta.
Survei serologi ini secara spesifik bertujuan untuk mengukur proporsi warga Jakarta yang memiliki antibodi terhadap virus Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti, menjelaskan, Survei serologi merupakan teknik berbasis imunologi yang bertujuan untuk mengukur respons imun tubuh terhadap suatu antigen dari sediaan darah seseorang.
Dalam survei serologi tersbeut apabila seseorang pernah terpapar pada agen infeksius tertentu, tubuhnya akan terpicu menghasilkan antibodi spesifik yang dapat dideteksi.
SELANJUTNYA>>>
"Melalui survei serologi ini, kami dapat memperkirakan proporsi warga Jakarta yang pernah terinfeksi oleh virus SARS CoV-2, baik yang teridentifikasi / terkonfirmasi oleh tes PCR maupun yang tidak," kata Widyastuti Konferensi Pers Diseminasi Hasil Survei Serologi Covid-19 secara daring, pada Sabtu (10/7).
Sebagai gambaran survei serologi ini dilaksanakan berbasis populasi dengan metode sampling, pada kurun waktu 15 Maret -31 Maret 2021.
Survei serologi dilakukan di 100 kelurahan di 6 wilayah Kota/Kabupaten Administrasi, mencakup 4.919 sampel berusia >1 tahun sebanyak 98,4%, dari total 5.000 target sampel, meliputi 54% perempuan dan 46% laki-laki, dengan kelompok usia 1-14 tahun sebanyak 21,6%, 15-49 tahun 52%, dan 50+ tahun sebanyak 26,4%.
Penelitian survei serologi ini juga bisa melihat gambaran lebih utuh tentang situasi pandemi di Jakarta. Sehingga, strategi penanganan dan pengendaliannya pun bisa disesuaikan.
Pada kesempatan itu, pakar epidemiologi dari Tim FKM UI, Pandu Riono menjabarkan, dari hasil survei serologi terlihat bahwa hampir separuh penduduk Jakarta pernah terinfeksi Covid-19.
Populasi terbanyak yang pernah terinfeksi virus corona adalah pada usia 30-49 tahun. Infeksi pada kelompok perempuan juga tercatat lebih tinggi yakni mencapai 47,9%. Sementara kelompok masyarakat yang belum kawin lebih rendah risiko terinfeksi dengan persentase 39,8%.
"Penduduk di wilayah padat penduduk lebih rentan terinfeksi Covid-19 yakni dengan persentase 48,4%. Semakin meningkat indeks massa tubuh, semakin banyak juga yang terinfeksi, dalam hal ini kelebihan berat badan sebesar 52,9% dan obesitas 51,6%. Orang dengan kadar gula darah tinggi juga lebih berisiko," paparnya.
Baca Juga: UPDATE vaksinasi corona di Jakarta Jumat (7/9) sudah 5,38 juta orang, 61% dari target
Ia juga menjelaskan, hasil survei serologi juga menunjukkan prevalensi penduduk yang pernah terinfeksi vius corona adalah sebesar 44,5% dengan estimasi warga yang pernah terinfeksi adalah 4.717.000 dari total penduduk Jakarta sebanyak 10.600.000 orang.
Dari jumlah estimasi warga yang pernah terinfeksi dalam survei serologi itu, hanya 8,1% yang terkonfirmasi. Sebagian besar yang pernah terinfeksi, tidak terdeteksi. Selain itu, sebagian besar yang pernah terinfeksi, baik terdeteksi maupun tidak terdeteksi, tidak pernah merasakan gejala.
Pandu memperkirakan upaya mencapai kekebalan komunal atau herd immunity di Jakarta akan lebih sulit tercapai karena Jakarta adalah kota terbuka dengan mobilitas intra dan antarwilayah yang tinggi.
"Konsekuensinya, semua penduduk yang beraktivitas di Jakarta, baik warga Jakarta maupun pendatang, harus memiliki kekebalan (telah tervaksinasi) yang dapat mengatasi semua varian virus,” terang Pandu Riono.
SELANJUTNYA>>>
Pandu menyebut, tidak menutup kemungkinan pandemi ini berubah menjadi endemi sehingga diperlukan strategi penanganan pandemi secara cepat dan signifikan untuk jangka pendek, serta diperlukan antisipasi jangka menengah dan panjang.
Karena, seperti diketahui, vaksinasi memang dapat menekan risiko perawatan di rumah sakit dan risiko kematian walaupun tidak bisa sepenuhnya menghentikan penularan.
Untuk itu, ia berharap Pemerintah terus memperkuat 3T (Testing, Tracing, Treatment) agar dapat mengendalikan pandemi ini, selain terus melakukan percepatan vaksinasi untuk semua warga.
Di sisi lain masyarakat juga harus terbiasa untuk mampu menilai risiko dan menjaga pola hidup sehat dengan kebiasaan 5M agar siap berkegiatan secara produktif di tengah ancaman jangka panjang endemi Covid-19 dan tentu segera vaksinasi.
Pada kesempatan itu Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan, menegaskan bahwa Pemprov DKI Jakarta sejak awal menggunakan pendekatan saintifik dari para ilmuan di bidangnya sebagai dasar pengambilan keputusan dan penanganan pandemi Covid-19 di Jakarta.
Baca Juga: Herd Immunity dan Pemulihan Ekonomi
Karena itu Gubernur Anies berterima kasih atas hasil survei serologi yang dilakukan FKM UI, Lembaga Eijkman, CDC Indonesia, dan lain sebagainya.
"Kami di DKI Jakarta sejak awal masa pandemi ini mempercayakan arah kebijakan pada pendekatan saintifik dan ilmuwan di bidangnya. Kami menggunakan rujukan pada data-data, merujuk pada pendekatan ilmiah, dan transparansi jadi kata kunci yang kita pegang sejak awal. Karena itu, kami dalam setiap aspek kebijakan selalu berkonsultasi, bertukar pikiran,” jelas Gubernur Anies.
Selain itu, menurut Gubernur Anies, penanganan dan perkembangan pandemi corona di Jakarta dapat menjadi referensi bagi daerah lain bahkan bagi kota-kota lain di dunia.
Pemprov DKI Jakarta akan mendukung penuh berbagai metode ilmiah, termasuk penelitian, survei dan pengambilan data di tingkat mikro.
“Kami mendukung all out survei uji klinis, penelitian dan apapun yg berkaitan dengan Covid-19 di DKI Jakarta. Bahkan, kami mengerahkan jajaran di wilayah untuk ikut ambil data. Survei ini bukan yang kali pertama dilakukan, bahkan survei kita kerjakan juga dengan institusi di luar Indonesia, kampus yang melakukan penelitian, juga teman-teman yang memiliki think tank di urusan Covid-19 kami selalu berikan akses dan kita dukung,” terangnya.
“Beberapa penelitian tentang Covid-19 di Jakarta sudah masuk di jurnal internasional dan ikut jadi feedback negara lain. Mengapa dilakukan? Jakarta tidak boleh jadi pemain lokal, Jakarta harus jadi pemberi arah internasional. Ini adalah kota megapolitan terbesar di belahan selatan dunia dan kita memiliki pengalaman yang cukup untuk jadi pelajaran dunia internasional. Sehingga, kita ada di tataran global bukan semata-mata untuk menyerap info, tapi sebaliknya kita memberikan info, memberikan pengalaman dan bisa jadi rujukan,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News