Khofifah: Lawan corona harus berbasis ilmu pengetahuan dan melibatkan pakar

Sabtu, 18 Juli 2020 | 20:08 WIB   Reporter: Barly Haliem
Khofifah: Lawan corona harus berbasis ilmu pengetahuan  dan  melibatkan pakar

Gubernur Jatim Khofifah Indar P saat peresmian Pusat Pelayanan Pendidikan dan Riset Penyakit Menular RSUD Dr Soetomo, Surabaya


VIRUS CORONA -  JAKARTA. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meresmikan Pusat Pelayanan  Pendidikan dan Riset Penyakit Menular serta Mobile Molecular Laboratory RSUD Dr. Soetomo (RSDS), Surabaya, Jum’at (17/7). Pusat Pelayanan, Pendidikan dan Riset Penyakit Menular ini mendapat dukungan dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair).

Khofifah menyatakan peresmian fasilitas ini menjadi salah satu jawaban atas arahan Presiden Joko Widodo  saat melakukan kunjungan kerja ke  Jawa Timur tanggal 25  Juni lalu. Saat itu Presiden berpesan untuk memberikan layanan kesehatan khususnya Covid - 19  berbasis ilmu pengetahuan dan data ilmiah serta melibatkan ilmuan. Pesan itu kembali diulang Presiden saat pengarahan kepada para Gubernur di Istana Bogor Rabu (15/7) lalu.

“Kehadiran Pusat Pelayanan  Pendidikan dan Riset Penyakit Menular ini sangat penting. Ini menjadi kuat karena disupport oleh FK Unair, dual system antara kekayaan keilmuan FK Unair serta kekayaan para ahli di RSDS,” kata Khofifah dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Sabtu (18/7).

Baca Juga: Tambahan tempat tidur jadi kunci jumlah pasien sembuh di Jatim lewati yang dirawat

Menurutnya, keberadaan Pusat Pelayanan  Pendidikan dan Riset Penyakit Menular ini menjadi bagian dari penguatan percepatan pelayanan Covid-19 di Jatim, serta penyakit menular lainnya  terutama di RSDS. Khofifah memaparkan, sesuai Hospital Disaster Plan RSDS, ada empat fase penyiapan layanan Covid-19 di rumah sakit ini. Fase pertama atau fase adaptasi adalah fase darurat sambil membangun sarana prasaraa standar dengan tekanan negatif untuk mengatasi luapan pasien.

Baca Juga: Sudah tidak ada lagi istilah ODP, PDP, OTG di Pemprov Jatim

Sedangkan, fase kedua atau fase standarisasi adalah fase penyediaan fasilitas layanan rawat inap dan rawat darurat bertekanan negatif untuk 200 tempat tidur yang rencana selesai Juli 2020 - Agustus 2020 ini.

Baca Juga: Kepala Bappeda Jatim meninggal dunia karena Covid-19

Sementara, fase ketiga atau fase pemantapan adalah fase dimana semua fasilitas layanan pasien di RSDS sudah dengan cepat memisahkan pasien Covid dan non Covid (termasuk pengembangan rawat jalan). Fase pemantapan untuk menyambut era new normal ini, kata Khofifah, diharapkan selesai pada akhir bulan Desember 2020. Adapun fase keempat adalah fase pengembangan sampai dengan 500 tempat tidur.

“Hospital disaster plan ini melihat fase satu sampai dengan empat. Milestone ini tidak sekedar menjadi bagian dari cita-cita, mimpi, tapi juga perencanaan kita banwa ada tahapan-tahapan yang sudah dicapai dan dilakukan secara terukur,” bebernya.

Dalam Hospital Disaster Plan ini, lanjut dia, RSUD dr Soetomo telah menyiapkan berbagai langkah. Seperti kesiapan SDM yakni dokter dan perawat, serta kesiapan alat kesehatan termasuk alat  pelindung diri (APD). Terutama untuk  dokter dan perawat , sejak awal Maret 2020, RSDS telah mendata ulang jumlah perawat berdasarkan usia dan kondisi co-morbidnya. Pasalnya, selama 24 jam pasien Covid-19 akan bersama perawat.

Hospital Disaster Plan yang disiapkan ini untuk memberikan penanganan sebaik mungkin apabila terjadi lonjakan pasien, yakni melalui optimalisasi penanganan pasien dan juga pengorganisasian secara profesional.

Menurut Khofifah, apa yang dilakukan RSUD dr Soetomo bersama dengan FK Unair ini merupakan investasi luar biasa dari ikhtiar yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam mempercepat penanganan Covid-19. Bagaimana hasil dari kajian ilmiah serta keilmuan yang dilakukan mampu bermanfaat  saat ini dan ke depannya.

Khofifah menambahkan peresmian Pusat Pelayanan  Pendidikan dan Riset Penyakit Menular serta Mobile Molecular Laboratory ini juga termasuk bagian dari reformasi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang merupakan revisi RKP dan RKPD  serta center of excellent yang bisa memberikan jawaban dari permasalahan penyakit menular dan infeksi termasuk  tuberculosis (TB) di Jatim. Adapun penyakit TB di Indonesia merupakan peringkat tiga dunia. Sedangkan Jatim nomor satu di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon

Terbaru