Pasca teror bom Jakarta, usaha di Bali anjlok

Senin, 18 Januari 2016 | 15:25 WIB Sumber: Antara
Pasca teror bom Jakarta, usaha di Bali anjlok


MANGUPURA. Pasca-teror bom di Jakarta beberapa waktu lalu, berimbas pada anjloknya sejumlah laju usaha di Bali karena banyak wisatawan yang enggan berada di objek wisata atau tempat keramaian.

"Imbas dari kejadian adanya teror bom di Jakarta cukup signifikan. Misalnya, usaha kuliner POD Chocolate saya di salah satu mall di Kuta, langsung sepi pelanggan," kata praktisi kuliner I Gusti Ayu Agung Inda Trimafo Yudha, di Kuta, Senin (18/1).

Wanita yang juga Ketua Hipmi Bali ini melanjutkan, jika biasanya sebelum terjadinya teror bom, omzet usaha per hari rata-rata Rp2 juta, langsung menurun hingga Rp200 ribu/hari.

Menurut dia, menurunnya omzet, karena saat itu tersiar kabar bahwa Bali berstatus siaga satu, sehingga masyarakat enggan keluar rumah dan berada di pusat-pusat keramaian semacam mall.

Di samping itu, beredar informasi kalau setelah Jakarta, target bom selanjutnya adalah Bali. Informasi yang tidak jelas ini, yang membuat masyarakat setempat memilih menjauhi tempat keramaian.

"Memang yang menjadi pasar terbesar usaha coklat saya di mall adalah masyarakat Bali sendiri. Dengan adanya isu bom, masyarakat menjadi waspada, meski sejauh ini sebenarnya kondisi di Bali aman-aman saja," ujar dia.

Dia melanjutkan, sajian yang ditawarkan di tempat usahanya di Kuta adalah minuman coklat dan 'desset'. Pilihan favorit pengunjung adalah coklat dengan kandungan rosela dan kacang mete atau kacang almond yang dibungkus coklat. Harga coklat itu berkisar Rp25 ribu - Rp49 ribu.

"Kalau dessert berupa coco pandan atau tiramisu, harganya hanya Rp25 ribu," ujarnya.

Selain di mall di wilayah Kuta, ujar dia, ada juga 'lounge' POD Chocolate di kawasan Sunset Road, yang sering dijadikan objek wisata coklat. Pengunjung bisa melihat langsung pengemasan coklat yang menggunakan bahan baku berkualitas tinggi dan menggunakan pemanis jenis gula aren, untuk tujuan kesehatan.

"Agar lebih 'friendly' dengan lingkungan, kita gunakan minyak kepala, bukan minyak sawit dan sudah tentu tidak menggunakan pengawet," katanya.

Selanjutnya dia menegaskan jika teror bom bisa terjadi di mana saja, sehingga mengharapkan tidak berpengaruh lebih lama pada sektor usaha di Bali maupun kota-kota lain di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru